ZONALITERASI.ID – Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. M. Solehuddin, M.A., M.Pd., memimpin “Pengambilan Sumpah Profesi bagi Lulusan PPG UPI Tahun 2025”, di Gedung Gymnasium UPI, Jalan Dr. Setiabudi Bandung, Selasa, 14 Januari 2025.
Pada kesempatan itu, sebanyak 842 orang lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) UPI Tahun 2025 mengikuti Pengambilan Sumpah Profesi.
Adapun lulusan PPG yang mengikuti pengambilan sumpah terdiri dari 46 orang Retaker Calon Guru Gelombang 1 Tahun 2023, 350 orang Calon Guru Gelombang 2 Tahun 2023, dan 446 orang Calon Guru Gelombang 1 Tahun 2024.
Mereka berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) 288 orang, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) 60 orang, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) 116 orang, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) 105 orang, Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan (FPOK) 179 orang, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) 53 orang, Fakultas Pendidikan Teknik dan Industri (FPTI) 13 orang, dan dari UPI Kampus Cibiru sebanyak 28 orang.
Lalu, berdasarkan Program Studi (Prodi), jumlah terbesar berasal dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sebanyak 198 orang, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 179 orang, serta Prodi Pendidikan Pancasila sebanyak 59 orang.
Menyikapi “Pengambilan Sumpah Profesi bagi Lulusan PPG UPI Tahun 2025”, Rektor UPI,
Prof. M. Solehuddin, menuturkan, PPG merupakan persyaratan yang harus ditempuh sebelum menjadi guru profesional.
“PPG merupakan langkah formal yang harus ditempuh, tetapi secara substantifnya bukan sebagai langkah akhir. Ini merupakan salah satu tahapan saja,” ujarnya.
Prof. Solehuddin mendorong agar lulusan PPG UPI terus belajar sepanjang hayat dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan.
Ia menekankan pentingnya lulusan PPG menguasai dunia teknologi untuk diterapkan dalam pembelajaran.
“Sekarang ini kemajuan dan perubahan teknologi begitu dahsyat. Hal-hal yang terkait dengan pengetahuan, seperti penggunaan Chat GPT dan semacamnya, sekarang ini kan kita bisa tanya apapun walau sebetulnya tidak selamanya benar juga,” terang Prof. Solehuddin.
“Walau demikian, saya berkeyakinan bahwa peran guru tidak akan bisa sepenuhnya digantikan oleh teknologi sehebat apapun, karena ada sentuhan-sentuhan karakter, kehidupan, dan nilai-nilai yang tidak akan pernah tergantikan.”
“Urusan pendidikan itu bukan hanya soal pengetahuan saja, tapi juga pengembangan pribadi secara total, yang tidak akan bisa diperankan oleh siapapun kecuali oleh guru,” sambungnya.
Prof. Solehuddin mengingatkan agar para guru lebih familier serta menguasai dan memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran.
Kemajuan teknologi, lanjutnya, bukan sesuatu yang harus dijauhi ataupun ditinggalkan. Justru teknologi ini harus dijinakkan, ditaklukkan, dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan pendidikan pelajaran.
“InsyaAllah, dengan sikap seperti itu dan dengan terus belajar sepanjang hayat, eksistensi guru, eksistensi pendidik sampai kapan pun akan tetap terjaga,” pungkas Prof. Solehuddin. (des)***