Komnas Perempuan Janji Kawal Proses Hukum Kekerasan Seksual hingga Tuntas

19edb1f6 d9a2 43ce b525 9b4b34612d7b 169
Komnas Perempuan berjanji akan mengawal jalannya proses hukum terhadap kasus atas kasus kekerasan seksual di Pondok Pesantren Shiddiqiyah Ploso, Jombang hingga tuntas, (Ilustrasi: CNN Indonesia)

ZONALITERASI.ID – Ketua Subkomisi Partisipasi Masyarakat Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Veryanto Sihotang, mengatakan, Komnas Perempuan akan mengawal jalannya proses hukum kasus kekerasan seksual di Pondok Pesantren Shiddiqiyah Ploso, Jombang hingga tuntas.

“Komnas perempuan bekerja sesuai mandatnya, mengawal proses penegakan hukum dan terus berkobar dengan lembaga pendamping korban. Kita berharap bahwa korban juga mendapatkan hak-haknya sebagaimana diatur dalam UU Tindak Pencegahan Kekerasan Seksual,” kata Sihotang, dikutip dari Antara.com, Jumat, 8 Juli 2022.

Selanjutnya Sihotang menuturkan, menyikapi kasus kekerasan seksual khususnya yang terjadi terhadap lima santriwati di Pesantren Shiddiqiyah Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Komnas Perempuan meminta pihak kepolisian bergerak cepat.

“Kekerasan seksual yang terjadi terhadap santriwati di Jombang menambah jumlah korban kekerasan seksual di institusi pendidikan berbasis agama. Komnas Perempuan mengecam kejadian ini, khususnya proses panjang dan lama proses hukum tidak berjalan dengan lancar,” katanya.

Ia menandasakan, polisi harus bertindak cepat agar tidak menimbulkan opini bahwa pelaku kekerasan seksual dengan latar belakang tokoh masyarakat bisa lolos dari jerat hukum.

“Hal ini akan membentuk imej seakan-akan tersangka kekerasan seksual mendapatkan impunitas apalagi memiliki latar belakang keluarga dari tokoh atau elit,” ujarnya

Komnas Perempuan juga mendesak aparat penegak hukum agar segera melakukan tindakan penegakan hukum sehingga peristiwa serupa tidak terulang dan korban mendapatkan perlindungan.

Dikatakannya, polisi sebagai penegak hukum tidak boleh lalai, abai, dan lambat melakukan penegakan hukum sebagai bentuk perlindungan terhadap perempuan dan masyarakat.

Meski demikian dia yakin pihak kepolisian akan memproses kasus kekerasan seksual di secara profesional dan meyakinkan masyarakat bahwa haknya akan dilindungi oleh negara.

“Kami berharap bahwa upaya selanjutnya bisa berjalan dengan baik sehingga masyarakat percaya terhadap institusi penegak hukum,” kata Sihotang.

Diketahui, kasus kekerasan seksual di dalam lingkungan pesantren kembali menjadi perhatian publik setelah polisi menangkap anak pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyah Ploso, Kabupaten Jombang, yang berinisial MSAT (42) atas dugaan perbuatan asusila pada lima santri putri.

Kasus kekerasan seksual di pondok pesantren juga terjadi di Depok, Jawa Barat, yang bahkan mendapat perhatian dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga.

“Kami berharap aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan, hingga pengadilan dapat segera memproses kasus ini, menetapkan tersangka, serta menjatuhkan hukuman maksimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan apabila telah terbukti memenuhi unsur pidana persetubuhan dan pencabulan terhadap anak,” ujarnya.

Kasus kekerasan seksual di pesantren juga terjadi di Bandung, Jawa Barat, terhadap 13 santriwati. Terdakwa kasus pemerkosaan tersebut, Herry Wiarawan, akhirnya divonis hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi Bandung. ***