3 Cara Mendampingi Anak Autis

shutterstock 1820448977resize
Autisme atau autistik bukanlah penyakit melainkan sebuah kondisi yang memang telah terbawa dalam seorang individu (Foto: Istimewa)

ZONALITERASI.ID – Autisme atau autistik bukanlah penyakit melainkan sebuah kondisi yang memang telah terbawa dalam seorang individu.

“Autis adalah satu kondisi yang memang sudah terbawa di dalam diri seorang individu dan itu menempel, jadi masuknya seumur hidup. Autisme bukan penyakit yang bisa disembuhkan, tetapi sebuah kondisi yang dapat dibuat menjadi adaptif,” kata Psikolog dari Pendidikan Inklusi Cikal, Vitriani Sumarlis, dilansir dari laman Kompas, Jumat, 17 Mei 2024.

Menurut Vitriani, autisme atau Autism Spectrum Disorder itu artinya gangguan yang dasarnya itu dari saraf otak atau neurologis. Dari adanya gangguan neurologis itu terdapat area perkembangan yang terganggu.

“Secara umum ada 3 area besarnya. Pertama itu di area komunikasi, kedua di area interaksi sosial, dan ketiga di perilaku,” ujarnya.

Atriani memaparkan, agar anak dengan kondisi autisme menjadi lebih adaptif, menyebutkan terdapat 3 cara:

1. Screening anak dengan autisme sejak dini

Vitriani menyebutkan, pendampingan anak dengan autisme dapat dimulai dari Screening Dini agar mendapatkan diagnosis tepat sejak dini, bahkan dari bayi, dan penanganan yang tepat dan akurat.

“Pendampingan anak dengan autisme itu memang harus konsisten, Kuncinya itu mendapatkan diagnosis tepat, dan penanganannya atau pendampingan yang akurat. Untuk Screening itu sebaiknya sejak dini, jadi as soon as, dini bahkan dari bayi, karena sebenarnya sudah bisa kelihatan, misalnya dari sisi sensorik anak itu hipersensitif (terlalu sensitif) atau hiposensitif (tidak sensitif),” ucapnya.

2. Proses pendampingan orangtua yang kolaboratif

Tak hanya itu, orangtua pun diarahkan untuk kolaboratif dan kooperatif dalam mendampingi anak.

“Sebaiknya orangtua sudah kolaboratif dari awal sehingga proses pendampingan anak akan makin baik. Kolaboratif itu artinya anak ada terapi, lalu, ketika melihat anak butuh, sekolah, orang tua, guru di sekolah dan tempat terapi bisa bekerjasama, gitu,” tambahnya.

3. Mengikutsertakan anak di kegiatan terapi

Vitriani menuturkan, dalam beberapa kondisi, gangguan perkembangan autisme itu tergantung dengan area spektrumnya. Berikut ini beberapa terapi yang dilakukan untuk anak autis:

–  Terapi Wicara

Terapi bahasa dapat dilakukan apabila anak dapat memproduksi bunyi dan kata, namun ia tidak memahami apa yang ia ucapkan.

–  Terapi Sensorik

Terapi sensorik dapat dilakukan apabila anak masih perlu pendampingan seperti tidak nyaman di tempat ramai. Terapi sensorik ini erat dengan aspek sensorik manusia, baik itu pendengaran, penglihatan, perasa, dan peraba.

– Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)

Terapi perilaku ini dapat dilakukan untuk membuat anak dengan autisme terbiasa dengan aturan atau aktivitas yang terstruktur. ***