ZONALITERASI.ID – Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. Yeti Mulyati, M.Pd., mengungkapkan, perkembangan teknologi digital telah mengubah cara anak-anak mengembangkan keterampilan literasi, dari literasi konvensional ke literasi digital dan remix.
“Literasi ini menuntut kemampuan berpikir kritis dalam mengonsumsi dan menciptakan konten, serta keterampilan menggabungkan berbagai media, termasuk media digital,” kata Prof. Yeti Mulyati, saat Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Literasi Membaca pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, di Gedung Achmad Sanusi UPI, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung, Selasa, 3 Desember 2024.
Prof. Yeti Mulyati menuturkan, literasi digital dan remix ini, semakin relevan dengan perkembangan teknologi dan media yang sangat pesat, yang tidak hanya mengubah cara anak-anak mengakses informasi, tetapi juga bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka
“Anak didik tidak hanya menjadi konsumen informasi tetapi juga pencipta dan komunikator aktif berbagai ide, pikiran, perasaan melalui berbagai platform digital. Kemudahan mengakses internet dan berbagai aplikasi dewasa ini memberikan peluang kepada siapa pun, termasuk anak didik kita, untuk dapat menemukan dan membagikan informasi yang didapatnya secara cepat,” ujarnya.
Transformasi ini, lanjut Prof. Yeti Mulyati, menuntut keterampilan kritis untuk membedakan informasi yang kredibel dan menavigasi media secara cerdas. Hal ini menjadi tantangan tersendiri di tengah maraknya berita palsu dan informasi yang menyesatkan dewasa ini.
“Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mendukung perkembangan literasi anak kita melalui pendekatan yang tidak hanya mencakup literasi konvensional, tetapi juga literasi digital dan literasi remix. Pendekatan ini akan membantu anak didik tidak hanya dalam memahami materi pelajaran, tetapi juga dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang diperlukan di era digital saat ini ,” tuturnya.
Tak Sekadar Mengonsumsi Informasi
Menurut Prof. Yeti Mulyati, dalam konteks literasi digital dan literasi remix, siswa dituntut untuk tidak sekadar mengonsumsi informasi, tetapi juga memproduksi konten yang relevan dan bermanfaat. Mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif tetapi juga belajar memodifikasi, menciptakan ulang, atau menggabungkan konten yang ada untuk menciptakan makna baru.
Hal ini memperkuat keterampilan mereka dalam berpikir kritis dan evaluatif terhadap media yang mereka konsumsi dan produksi.
Untuk mencapai hal tersebut, siswa perlu dibekali dengan berbagai keterampilan yang tepat, termasuk kemampuan untuk menganalisis sumber informasi, memahami hak cipta, serta menggunakan alat digital dengan tepat dan beretika dalam menciptakan dan mendistribusikan konten.
“Semua keterampilan ini sangat penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkontribusi secara positif di masyarakat,” terangnya.
Selanjutnya Prof. Yeti Mulyati mengatakan, beberapa rekomendasi dapat diberikan untuk mendukung pengembangan literasi anak di era digital. Rekomendasi tersebut yaitu:
1. Penguatan Literasi Membaca Dini
Orang tua dan pendidik perlu membiasakan anak-anak membaca sejak dini, menyediakan bahan bacaan yang menarik dan sesuai minat untuk meningkatkan minat baca dan membangun fondasi keterampilan literasi yang kuat;
2. Integrasi Teknologi Secara Bijaksana
Teknologi harus digunakan sebagai alat yang memperkaya pembelajaran tanpa mengorbankan literasi konvensional. Pelatihan bagi pendidik dalam pemanfaatan teknologi sangat penting untuk memastikan penggunaannya yang tepat dan efektif;
3. Pendidikan Literasi Digital
Literasi digital perlu dimasukkan ke dalam kurikulum agar anak memiliki keterampilan berpikir kritis, memahami isu keamanan dan etika digital, serta mampu memilah informasi yang valid di dunia maya;
4. Mendukung Kreativitas Melalui Literasi Remix
Literasi remix yang mendukung kreativitas dan kolaborasi perlu difasilitasi dalam pendidikan. Proyek berbasis remix dapat mendorong anak untuk berinovasi, berkolaborasi, dan lebih aktif dalam pembelajaran;
5. Pelatihan Berkelanjutan bagi Pendidik
Pelatihan profesional yang berkelanjutan bagi pendidik sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan mengoptimalkan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.
“Penerapan strategi-strategi ini diharapkan dapat mengembangkan keterampilan literasi anak secara optimal di era digital, memastikan mereka tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berpikir kritis, kreatif, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat,” pungkas Prof. Yeti Mulyati. (des)***