Pers Cilik Cisalak, Menyebarkan Virus Literasi di Tasikmalaya

percisa
Komunitas literasi Percisa menyemaikan benih-benih cinta membaca dan menulis, (Foto: Tribunnews).

ZONALITERASI.ID – Seorang guru muda yang memiliki energi sangat luar biasa, Dede Dudu Abdul Rahman,  bertamu ke SMPN 10 Kota Tasikmalaya, baru-baru ini. Selain mengajar di kelas IV SDN Perumnas Cisalak, Vudu, sapaan pria ini, punya tugas tambahan sebagai guru perintis GLS-WJLRC.

Dalam kesempatan tatap muka selama satu setengah jam, Vudu banyak bercerita seputar aktivitasnya di  komunitas literasi Percisa (Pers Cilik Cisalak) yang didirikannya pada 12 Juni 2010.

Sebelum mendirikan Komunitas Literasi Anak, Vudu menulis puisi di beberapa web seperti situseni.com. Ia kemudian mencari berbagai link untuk membuat e-book. Pilihan jatuh pada website Evolitera Jakarta yang menerima berbagai karya termasuk karya anak-anak dalam bentuk e-book. Dan terbitlah Kumpulan puisi anak-anak SDN Siluman 2 dengan tajuk “Akar yang Merambat”.

“Anak-anak menuju remaja harus dijembatani dengan kreativitas. Jika tidak, mereka akan tersesat dengan perilaku yang tidak diharapkan,” ucap Vudu.

Ia menambahkan, tidak sedikit anak-anak yang menuju remaja terlibat dalam kasus vandalisme, geng motor, pencurian, dan narkotika. Alasan tersebut mengugah dirinya untuk mendirikan sebuah ruang di luar sekolah dengan mendirikan komunitas.

Anak-anak binaannya kebanyakan dari sekolah tempatnya mengajar, tetapi tidak menutup pintu untuk anak-anak lain yang bersedia terlibat. Jalan komunitas adalah gerilya yang dilakukannya dalam menyebarkan virus literasi. Konsistensi adalah kunci dalam meneguhkan keyakinan untuk berbuat kebaikan di dunia pendidikan.

Istilah gerilya merujuk pada jejak Jenderal Sudirman yang rela menempuh belantara dan mengatur strategi demi kemenangan bangsa Indonesia dari Belanda.

“Di era serbacepat saji ini, bergiat melalui komunitas juga merupakan gerilya untuk menyelamatkan anak-anak yang tersesat di belantara budaya instan,” katanya.

Menurut pengagum Jenderal Besar Sudirman itu, memanfaatkan teknologi canggih untuk pengembangan kreativitas anak-anak tentu saja sangat baik, tetapi berbagai media elektronik dan online kebanyakan berisi hal-hal yang sangat menjebak. Oleh sebab itu, mengembalikan anak-anak ke alam semesta adalah pilihan yang harus segera dipikirkan kembali dengan pemberdayaan potensi yang dimiliki anak-anak.

Jejaring

Bekal berkomunitas telah dimiliki Vudu sejak kuliah di PGSD UPI Kampus Tasikmalaya  sekitar tahun 2005–2008, dengan mendirikan Teacher Music Community (TMC).

Selama mendirikan komunitas musik yang mewadahi potensi calon guru tersebut, dia bekerja sama dengan berbagai komunitas kampus dan luar kampus. Jejaring tersebut dipintalkannya dengan Komunitas Percisa, sehingga dapat saling berbagi energi dalam perjalanannya.

Komunitas yang diresmikan di sebuah ruang kelas 5 SDN Perumnas Cisalak bersama beberapa kawan penulisnya tersebut seperti berjalan di padang tandus. Literasi masih asing bagi sekolah saat itu, sebuah lembaga jika ditawarkan gagasan tetapi bukan program dari atas biasanya kurang difasilitasi. Vudu mencari alternatif untuk berjejaring dengan berbagai komunitas yang bertujuan untuk mengasah anak-anak binaan oleh para ahlinya.
Seringkali pelaksanaan kegiatan dilakukan di luar gedung, terkadang mengunjungi acara budaya, bedah buku, wisata sosial, dan peluncuran karya di berbagai komunitas. Beberapa halaman rumah warga pernah dipinjami untuk dijadikan tempat berkreativitas. Komunitas Percisa yang didirikan Vudu sering bergiat dengan memanfaatkan ruang-ruang publik yang berada di Kota Tasikmalaya.

Suami dari Priska Pramudita ini berusaha agar anak-anak binaan selama ini untuk menemukan kelebihannya. Karya-karya yang telah dilahirkan melalui Komunitas Percisa yang kemudian bermetamorfosis menjadi Rumpaka Percisa (Rumah Pustaka Pers Cilik Cisalak) di antaranya Buku Kumpulan Puisi, Cerpen, dan Jurnal, “Untuk Guru, Sahabat, dan Alamku” (Leutikaprio Jogjakarta, November 2011); penggarapan buku 2 negara (National Dong Hwa University – Taiwan); dan tim penulis Komik Shelter of The Sky (Slowork Publishing Hongkong, 2015).

Lalu, Video Diary: Untuk Guru, Sahabat, dan Alam (Kampung Halaman Jogjakarta, 2012); Film Panjang: Sakola Rakjat (UPI Tasikmalaya, 2014); Video Klip: Petuah Jendral Soedirman (Percisa Kids Production, 2015); dan Soundtrack Komik Shelter Of The Sky (Slowork Publishing Hongkong) yang tersebar di berbagai digital musik dan website online terbesar dunia, amazon.com.

Ayah dari Fiorenza Fahrasha Jilanzhiya, Khalifali Almeida Renolendrya, dan Grilian Lesavir Almalaya ini pernah mengadakan konser bersama anak-anak binaannya, antara lain pada acara Festival Seni Anak se-Priangan Timur (UPI Kampus Tasikmalaya, 2015); Opening Act Komunitas Sketsa (Radar TV Tasikmalaya, 2015); Soft Launching Album Nyawa Bunga (Jabar Fair, 2015); dan Konser Bersama Yamaha (Mangkubumi, 2015); Konser Pekan Inspirasi (Pendopo Tasikmalaya, 2016); dan Konser Pelatihan Jurnalis Pelajar (Garut Selatan, 2016).

“Ketika seseorang bergerak, semesta akan mendorong dari belakang. Selamat berbuat!” pungkas Vudu. (yuyun siti noorhaesih/guneman)***