Oleh Ali Hasan
PUISI adalah seni estetika bahasa yang padat dan indah dijiwai oleh pembaca. Penulis puisi disebut sebagai seorang penyair. Saya bertemu dengan seorang penyair dalam suatu perjalanan budaya saya ke pendopo Kemiri, Pati. Saya melihatnya duduk sambil membaca buku yang isinya puisi.
Dia menyapa saya dan mengajak saya berkenalan. Dia memperkenalkan namanya, Muhammad Lutfi.
Saya bertanya padanya tentang sebuah buku yang sedang dia baca. Ternyata itu adalah buku tentang puisi-puisi miliknya. Kebetulan saya suka puisi. Saya bertemu dengan orang yang tepat di hadapan saya. Dia menjulurkan buku itu pada saya. Saya membacanya sedikit. Sebuah puisi berjudul Balada Petani Tua ditulis lumayan panjang. Sampai 7 halaman.
Saya bertanya padanya tentang Balada Petani Tua. “Puisi itu awalnya adalah puisi pesanan. Seorang teman meminta saya membuat puisi untuk sebuah acara sastra di Pasar Triwindu, Solo. Saya menyanggupinya. Lalu saya terpikir tentang seorang petani di Kulonprogo yang curhat pada saya tentang rencana pembangunan bandara yang memakan lahan pertanian sangat luas. Terciptalah puisi Balada Petani Tua,” jelas Muhammad Lutfi.
Saya juga bertanya padanya tentang jalan kepenyairannya. “Saya suka puisi itu saat membaca puisi Chairil Anwar dan W.S. Rendra. Dua orang itu seperti raksasa bidang sastra pada zamannya. Awal saya menulis puisi juga seperti Chairil, saya tulis di lampiran kertas dan saya pajang di dinding kamar. Lama-lama, saya tertarik dengan epigram seperti balada karya Rendra. Irama puisinya begitu bisa dinikmati makna dan nadanya. Kalau ada teman minta dibuatkan puisi ya saya buatkan. Saya tuliskan langsung di kertas. Itu awal perjalanan saya menulis puisi,” kata Muhammad Lutfi.
Dari ceritanya, saya makin terpesona pada puisi. Saya juga suka dengan puisi karya penyair yang ada di hadapan saya ini.***
Penulis, penikmat puisi.