Pagi Berkabut
tentang pagi berkabut
dan kota yang tergenang
matahari bermalasan di balik rerimbunan
perempuan dengan pipi kemerahan
sesekali menyentuh
tertawa lepas sepenuh ruang
cipratan air hanyalah menggariskan keindahan
bah tidaklah menakutkan
sebab kita berjalan di atas air
api adalah sahabat hangat
ketika kita bercengkerama sambil melipat lutut dan mata tertunduk
sahabat dan keluarga
adalah siluet berkelabatan
kekasih…
cinta kita tidak pernah menjadi tua
sebab yang tua hanyalah pejabat renta
bermuka muram menjelang stroke
tersembunyi ditertawakan sang istri
bersama selingkuhannya
kekasih…
di surga manakah kini kau bermain
tidakkah kau lihat
aku merindukanmu
Kamis, 19 Juni 2014, 07.23
Lelah
gemericik hujan
sayup-sayup kehidupan
kesunyian malam
baiklah kita buka peta
kita renungi
di kelokan mana kita salah mengambil arah
kemudian
kembali ke jejak yang telah lewat
atau melangkah ke depan mencari arah yang benar
sekalian mengikuti arah entah benar atau tersesat
ahhhhhh
detik ini aku hanya ingin berhenti
dan tidur tanpa rasa salah
Tanpa Mimpi
Sesaat setelah kau tinggal
Tiada tersisa harapan
Berjumpa dalam mimpi
Karena mimpi kau bawa serta
Hanya ingin tidur –tanpa mimpi–
sebab tidak kau sisakan ruang
sekedar untuk bermimpi
Suheryana terlahir di desa. Cita-citanya ingin menjadi penulis, penyair, atau novelis. Tetapi kini menjalani hidup sebagai PNS dan dipercaya menjadi Asisten Administrasi Umum Pemerintah Kabupaten Pangandaran.