Z0NALITERASI.ID – Mahasiswi asal Indonesia, Isti Hidayati, yang menempuh pendidikan strata-3 (S-3) di Universitas Groningen Belanda, ditetapkan sebagai peraih penghargaan disertasi terbaik tahun 2020.
Isti menyelesaikan sidang disertasi dengan predikat cum laude. Ia menulis disertasinya di bawah bimbingan promotor Prof. Claudia Yamu dan Prof. Ronald Holzacker serta supervisor Dr. Wendy Tan.
Melalui disertasi berjudul ‘Understanding mobility inequality: A socio-spatial approach to analyse transport and land use in Southeast Asian metropolitan cities’ ini Isti mendapat hadiah sebesar €7.500.
“Saya mendapat gelar Ph.D. setelah menempuh studi mulai 1 Februari 2017 hingga 10 Desember 2020. Masa studi selama itu terhitung cepat,” , dalam siaran pers, Minggu (4/7/2021).
Diketahui, setiap tahunnya, lebih dari 1.000 mahasiswa internasional lulus dari Universitas Groningen. Setiap fakultas menominasikan satu calon. Selanjutnya, Universitas Groningen melakukan penilaian terhadap disertasi yang mendapat penghargaan cum laude dari fakultas. Dan, juri yang terdiri dari rektor serta mantan rektor Universias Groningen memilih pemenang akhir.
Prihatin Kondisi Transportasi
Dalam disertasinya, Isti menawarkan wawasan spasial sosial tentang ketimpangan mobilitas melalui studi kasus empiris di Jakarta dan Kuala Lumpur, sebagai contoh tipikal kota-kota besar di Asia Tenggara.
Sejak kuliah S1 di Universitas Gadjah Mada, dan juga saat kuliah S2 di Universität Stuttgart, Jerman, Isti sudah tertarik pada isu transportasi dan kesetaraan. Isti prihatin melihat kondisi transportasi di Indonesia yang semakin bergantung pada kendaraan pribadi, apalagi di Jogja.
Isti menjelaskan, dia membandingkan ketika dia masih sekolah dan kerap menggunakan transportasi umum. Sedangkan saat ini, banyak siswa yang memilih diantar menggunakan kendaraan pribadi, ojek online, fasilitas antar-jemput atau membawa kendaraan sendiri.
“Padahal, saya merasa pengalaman naik angkutan umum itu menarik, bisa bertemu banyak orang dan melihat aktivitas orang lain. Kalau lagi suntuk, ketemu simbah-simbah yang selesai jualan di angkot dan cerita gimana hasil jualan hari ini, itu bisa bikin saya senang,” katanya.
“Di sisi lain, saya juga pernah mengalami racism ketika saya travelling di luar negeri (karena saya pakai kerudung), yang saya pikir tidak adil. Saya bayangkan ada banyak orang yang juga mengalami racism dan pengalaman tersebut dapat menghalangi mereka bepergian,” sambungnya.
Pengalaman yang dialami saat penelitian yang dia sukai ialah bertemu banyak orang yang membantu dan memiliki ketertarikan yang sama.
“Saya pun belajar hal baru seperti tahu gang-gang kecil di Jakarta dan Kuala Lumpur, tempat jajanan enak, dan pengalaman lain saat travelling. Meski di sisi lain saya sempat stress saat pengumpulan data,” pungkas Isti.***