Guru Tak Mengeluh

71642bfb 3b4d 47ba ad85 1cc8c93d0816
Bah Yatno., (Foto: Dok. Pribadi).

Oleh Suryatno Suharma

MANUSIA yang mau dan mampu berjuang salah satunya guru. Ia tak mengeluh walau tugas jauh atau kekurangan materi. Segala cara dalam darurat diharap cepat dan tepat mengatasinya.

Dia kaya atau miskin tetap guru. Kaya tak sombong, miskin tak ngeluh.

Saat pandemi juga sama. Guru akan merasakan dampak positif maupun negatifnya. Suasana saat ini membebanikah? Guru akan sama mengalami dengan rasa yang sama. Tapi ekspresi, solusi, serta inovasi. Guru selalu siap! Ada uang, guru berjuang. Tak ada uang, ya, bokek!

Guru lapang dada. Guru menaruhkan jiwa dan raga demi semua. Karena guru akan selalu berusaha untuk bisa digugu dan ditiru.

Mengajar, tugas. Mendidik, wajib. Mari semua belajar jadi guru, mumpung covid belum berlalu.

Berat atau ringan jadi guru itu? Mungkin kini semua merasakan.

Pasrah

Masih tentang cerita guru. Di luar aktivitas mengajar, cerita keseharian bersama keluarga dan tetangga, jadi sepotong cerita menarik sisi lain dari guru.

Ini bukan cerita cinta atau politis nan menggelitik. Ini hanya irisan hati antara batas rasa dan kepasrahan dari catatan hidup guru.

Kami duduk bertiga bicara sepotong cerita tentang fenomena alam. Tentang kejujuran nian yang dipengaruhi nostalgia.

“Jajagi!” Kataku.

Rumah ini harus dirombak tapi bertahap.

Atau dijual agar tak menjadi beban penghuninya. Kampung transisi menurutku. Rumah sedikit kamar tidurnya membeludak. Hampir tak ada ruang lain, kecuali kost-kostan.

Ya, ini hanya cerita romantisme guru yang puluhan tahun mengajar. Intinya, ya guru itu adalah manusia dengan segala problematikanya. Sederhana, tak berlimpah materi.***

Penulis adalah alumni Jurusan Basa & Sastra Sunda FBPS IKIP Bandung. Pensiunan guru yang kini mengelola Yayasan Atikan Insan Basajan, Parongpong Bandung Barat.