ZONALITERASI.ID – Fakultas Dakwah Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Barat menyelenggarakan ‘Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan VIII’, pada 2 sampai 13 November 2020.
Kegiatan yang digelar secara daring dan luring itu diikuti 100 orang peserta yang berasal dari perwakilan Kemenag kabupaten/Kota, perwakilan Organisasi Masyarakat Islam, dan perwakilan Perguruan Tinggi.
Untuk pelaksanaan kegiatan secara daring, peserta ditempatkan di kantor Kemenag Kabupaten/Kota, Kantor Ormas Islam, dan Kampus UIN Bandung pada 2 sampai 8 November 2020. Sedangkan tahap luring dilaksanakan di SHEO Resort Hotel Ciumbuleuit Kota Bandung.
“Penyelenggaraan sertifikasi pembimbing haji yang dikomandoi FDK UIN Bandung benar-benar berbeda. Selain menjaga mutu di tengah keterbatasan pandemi Covid-19, juga tetap menjaga spirit profesionalitas,” kata Rektor UIN Bandung, Prof. Dr. Mahmud, M.Si, di sela-sela penyampaian materi pada Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan VIII.
Prof. Mahmud menuturkan, untuk menjaga kualitas dan profesionalitas sertifikasi, FDK UIN Bandung sudah lama merancang sistem sertifikasi daring dan luring.
Lanjutnya, Tim Sertifikasi yang terdiri dari panitia dan asesor membangun aplikasi sertifikasi pembimbing haji yang dikenal dengan aplikasi SEHATI (Sertifikasi Haji Sunan Gunung Djati).
Dalam aplikasi ini, peserta bisa dengan mudah mengupload resume/tugas setiap materi, kemudian asesor menilai, dan nilai dari asesor pun bisa dengan mudah dilihat peserta. Peserta juga bisa melakukan dialog interaktif dengan asesor mengenai materi dan proses sertifikasi agar setiap persoalan yang terjadi selama sertifikasi bisa segera teratasi.
“Selain itu, pelaksanaan sertifikasi pembimbing manasik haji menggunakan OBS (Open Broadcast System), yang dipadukan dengan media daring zoom. OBS memiliki tampilan yang lebih menarik dan informatif, sehingga peserta lebih merasakan proses sertifikasi yang lebih dinamis dan menarik,” terang Prof. Mahmud.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Adib, M.Ag., mengatakan, penggunaan OBS ini untuk menyajikan tampilan materi dan narasumber yang membuat peserta tidak bosan.
“Saya mengapresiasi penggunaan OBS ini. Seharian peserta duduk di depan monitor tentu melelahkan dan menjenuhkan. Alhamdulillah, berkat OBS semuanya bisa dinetralisir,” ujarnya.
Dekan FDK UIN Bandung yang juga Ketua Panitia Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan VIII Reguler, Dr. K.H. Ahmad Sarbini, M.Ag, mengatakan, untuk memperkuat mutu sertifikasi, selain peserta mendapatkan materi berbentuk softfile yang dikirimkan panitia melalui email atau grup Whatsapp, tim juga menyiapkan materi di setiap sesi sertifikasi di youtube.
“Content acara sertifikasi di setiap sesi yang dishare di youtube, selain untuk media pembelajaran yang memanfaatkan media sosial, juga memudahkan siapa pun untuk melihat proses pelaksanaan sertifikasi,” jelasnya.
Dikatakannya, kegiatan ini dibagi dua tahap, yaitu tujuh hari materi disampaikan oleh pemateri secara daring, dan tiga hari luring (offline) untuk praktik dengan membagi 2 gelombang.
“Meskipun peserta tidak terpusat di satu tempat, tetapi tidak mengurangi kekhusyuan dan kedisiplinan peserta. Peserta tetap dipantau oleh tim melalui daftar hadir digital. Setiap peserta memiliki rekam jejak kehadiran dan aktivitas setiap sesinya. Peserta pun memakai virtual background khusus sebagai salah satu syarat mengikuti sertifikasi virtual,” katanya.
Sangat Hati-hati
Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jabar, Drs. H. Ajam Mustajam, M.Si., menjelaskan, pihaknya sangat hati-hati dan penuh pertimbangan ketika melaksanaan kegiatan ini.
“Kita tetap melaksanakan standar protokol kesehatan secara ketat. Dan meminta peserta untuk membawa bukti hasil tes kalau dirinya benar-benar sehat dan tidak reaktif, sehingga tidak merugikan pada peserta lain,” terangnya.
Ia menyebutkan, dalam pelatihan tetap ada materi yang disampaikan secara luring. Sebab, untuk pembinaan karakter dan kompetensi yang tidak bisa diikuti secara maksimal dengan daring.
“Pada sertifikasi terdapat komponen mutu, yang secara optimal hanya bisa dicapai dengan pembelajaran luring. Micro guiding misalnya, ia merupakan inti sertifikasi, di mana 40 % sukses mutu sertifikasi ditentukan oleh efektivitas micro guiding,” tuturnya.
Selain itu, ukuran profesionalitas tidak hanya terbatas pada penguasaan wawasan ihwal manasik dan regulasi perhajian tapi juga sangat ditentukan oleh tiga hal penting, yakni keterampilan, pengalaman, dan integritas.
“Integritas ini terutama terkait dengan karakter kedisiplinan, ketulusan dan kejujuran, tanggung jawab dan amanah, dan kesiapan berkorban untuk kepentingan jamaah. Semua softskills penting ini hanya mungkin dapat ditanamkan secara maksimal bila dilakukan secara luring,” kata Ajam. (des)***