Oleh Drs. Suryatno S.
GREGET. Kesan pertama orang yang kuperhatikan. Rupanya sama seperti yang lain, ingin bebas merdeka menjalani hari. Tanpa aral melintang. Pergi ke mana pun mereka berharap, bebas.
Terkurung di rumah berbulan-bulan dalam suasana tidak menentu, tentu berasa beda. Khawatir, takut, jemu, dan anak sekarang bilang bete.
Monoton seperti ini membuat kita kadang tak sabar, hilang taktik, dan cenderung malas, marah, dan membenci. Benci kepada siapa? Tidak. Tidak perlu membenci siapapun.
Kita jalani saja semampu sendiri, bergotong-royong, itu lebih baik. Jangan menyerah dan marah-marah. Semua ada aturan main dan ada Tuhan di atas sana. Dia Maha Segalanya.
Siang dan malam ada dalam suasana aman. Aman lahir dan batin. Pasti hal ini memerlukan kekompakan, kepedulian, dan pengertian bersama. Kita perlu damai, tanpa iri, dengki, benci, dan saling bermusuhan.
Percayalah, selama ada pada jalan yang benar, pasti Alloh sayangi umatnya. Yang Maha Kuasa Penyayang umat-Nya.
Menuju harapan berikutnya, sejahtera. Tentu memerlukan perjuangan sesuai kapasitas masing-masing. Tugas dan peran kita sesuai pula dengan potensi dan tanggung jawab sebagai makhluk. Kita sadari hak dan kewajiban manusia ada pedomannya.
Lalu, apa lagi? Apakah kita telah paham akan hidup dan maknanya? Sementara tugas kita adalah mengelola dan bukan mengeluh. Syukuri hidup dengan cara yang tepat guna hingga hasil guna.
Kawan, lebih baik banyak bersyukur daripada takabur akan kesuksesan diri atau siapapun. Tiada sukses yang nyata, kecuali ikhlas bersyukur nikmat. Takaran manusia sukses adalah adil dan makmur. Bersama.
Banyak yang masih harus kita pelajari dalam hidup. Kita masih patut mengelola hati yang masih egois, songong, dan sisi lain. Padahal kita pula yang sering lupa, bahwa selama ini belum apa-apa, dan tidak seberapa. Bukan jabatan, kekayaan, atau apapun, kecuali kebersamaan dalam kesejahteraan. Lahir dan batin.
Kawan, mari saling kompak, memaafkan, dan berjuang melawan kekeliruan, ketakaburan, dan kesombongan. Era pandemi semoga cepat berakhir, seraya kita sambut hari esok yang lebih.
Kepada-Nya kita berserah dan mengharap. Aman, damai, dan sejahtera.***
Penulis lahir di Cikidang, Jawa Tengah dan tinggal di Cihideung Jawa Barat.