Konsep ‘Sabar’ di Merdeka Belajar Era New Normal

FOTO ARTIKEL 13
Adhyatnika Geusan Ulun, (Foto: Dok. Pribadi).

Oleh Adhyatnika Geusan Ulun

“…diperlukan kolaborasi positif semua pihak, terlebih guru, siswa, orang tua dan sekolah, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tahun pelajaran baru nanti. Sebaik apapun konsep yang dirancang tidaklah akan bermakna tanpa dukungannya…”

Merdeka Belajar

Merdeka Belajar yang digaungkan pemegang kebijakan menjadi pemicu aneka gerakan. Mulai dari peningkatan kompetensi guru di banyak pelatihan, hingga ragam kegiatan di ranah kesiswaan. Intinya, semua menaruh banyak harapan akan cita-cita mulia yang diusungnya.

Secara konsep program Merdeka Belajar mengandung makna kemerdekaan berpikir. Hal ini berarti, suasana pembelajaran didorong untuk dinamis. Hubungan setara antara guru dan siswa. Sehingga siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi dapat berdiskusi, belajar dengan outing class, mengeksplor seluruh ide dan saling mendukung terlaksananya proses pembelajaran menjadi lebih kreatif, inovatif, dan bermakna.

Hal di atas, diharapkan dapat membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan memiliki daya saing di tingkat global.

Dalam program di mana sistem peringkat tidak menjadi acuan tersebut, juga akan merangsang seluruh potensi masing-masing siswa ke arah sosok yang unggul dan berkarakter.

Masa Pandemi Covid-19

Seperti diketahui, selama kurang lebih tiga bulan badai pandemic Covid-19 melanda dunia. Seluruh sektor terdampak. Termasuk pendidikan. Hal ini menimbulkan keraguan dan memunculkan pertanyaan, Apakah Merdeka Belajar dapat tetap berjalan di tengah kondisi yang tidak nyaman ini?

Keraguan semacam tersebut sangat beralasan. Saat tidak adanya interaksi komunikasi guru dan siswa selalu saja memunculkan sejumlah masalah. Kenakalan remaja, salah satunya, sering dipicu karena minimnya bimbingan guru dan kurangnya komunikasi dua arah. Sementara pada masa ‘Belajar di Rumah’ (BDR) yang digulirkan oleh pemerintah dikhawatirkan mengarah ke arah tersebut.

Namun akhirnya jawabanpun keluar. Kondisi yang semula dikhawatirkan terjadi tidak sepenuhnya terbukti. Justru kondisi BDR melahirkan situasi pembelajaran yang sebenarnya merupakan esensi dari Merdeka Belajar. Kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan berkreasi, berinovasi, dan mengeluarkan seluruh potensi kompetensinya.

Kondisi memberikan keleluasaan kepada guru dan siswa untuk mengeksplore ide dan skillnya. Guru berselancar di dunia maya mencari metoda yang tepat untuk disampaikan. Sementara siswa beradaptasi dengan cepat dalam dunia internet. Komunikasi pun kembali terjalin.

Begitupun dengan sekolah. Mereka memfasilitasi sejumlah kebutuhan proses pembelajaran sesuai dengan kemampuannya. Mulai dari penyediaan kuota internet hingga memberikan insentif bagi pelaku pembelajaran jarak jauh ini.

Sehingga selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 tersebut jika disikapi positif oleh semua pihak maka akan memunculkan hikmah luar biasa. Guru menjadi kreatif dan inovatif, serta siswa menjadi terkondisikan ke pembelajaran digital. Kondisi yang relevan dengan revolusi industri 4.0 yang mengusung teknologi informasi sebagai media percepatan dan peningkatan kualitas pendidikan.

Konsep ‘SABAR’ Merdeka Belajar di New Normal

Sama halnya dengan ‘New Normal’ saat ini. Tentu haruslah juga disikapi dengan bijak, dengan tetap mengedepankan kesehatan dan keselamatan dunia pendidikan dalam melaksanakan tahun pelajaran baru sekarang. Kendati dunia pendidikan kembali diuji dengan sejumlah kemungkinan, yakni pemberlakuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai wujud ‘Belajar di Rumah’, atau mengurangi frekuensi serta kuantitas kegiatan mengajar, atau bahkan menunda sama sekali kegiatan sekolah. Oleh karena itu diperlukan formulasi dalam mengahdapi situasi di atas.

Penulis, dengan mengambil dari berbagai sumber, mencoba memformulasikan BDR di tatanan kenormalan baru yang akan diterapkan di sekolah, yakni dengan konsep SABAR.

Konsep ini merupakan akronim dari SIAPKAN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN, BUAT SISTEM PEMBELAJARAN SE-EFEKTIF DAN SE-EFISIEN MUNGKIN, ASESMEN YANG OTENTIK DALAM PENILAIAN, DAN REFLEKSIKAN SELURUH PROSES PEMBELAJARAN.

Hal ini sangat penting dilaksanakan, mengingat kondisi yang terjadi serba-‘luar biasa’. Kegiatan yang tidak berada pada zona kelaziman. Maka konsep SABAR diharapkan dapat mengarahkan guru untuk ‘on the track’ dalam kegiatan belajar mengajar.

Seperti diketahui, adminintrasi pembelajaran merupakan hal pokok dalam kegiatan belajar mengajar. Dengannya guru dapat menyampaikan seluruh materi pelajaran secara sistematis dan terukur di kelas. Dengannya pula siswa mendapatkan pengalaman belajar, sehingga dapat meningkatkan kompetensi lulusannya.

Dalam kondisi BDR, tentu persiapan administrasi haruslah sematang mungkin. Hal ini dikarenakan target kurikulum bukan lagi menjadi keharusan. Oleh karena itu, sudah saatnya guru memetakan konsep pembelajaran dengan seefektif dan seefesien mungkin. Tentu dengan tidak menghilangkan kebermaknaan proses pembelajarannya.

Sistem pengajaran di PJJ sebenarnya tidak melenceng dari Merdeka Belajar. Sistem ini menjadikan lingkungan luar menjadi kelas tersendiri. Dengannya segala yang ada di luar kelas menjadi media terjadinya kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, persiapan yang administrasi yang matang akan menjadikan PJJ sebagai satu kegiatan yang akan menyenangkan, nyaman, menarik dan bermakna.

Sebaliknya, ketika tidak dipersiapkan, maka PJJ hanya akan menjadikan siswa mencari dunia sendiri tanpa arah. Sehingga Merdeka Belajar menjadi ‘Belajar Merdeka’, seperti lepas dari cengkeraman penjara kedisiplinan, target kurikulum, dan sejumlah beban tugas sekolah. Tentu hal ini tidak diharapkan semua pihak.

Selanjutnya adalah penilaian otentik. Pembelajaran jarak jauh sangat memungkinkan untuk melakukannya, yakni ketika guru melakukan proses pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dari sini guru, dengan teknik penilaian tersebut akan mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Pada akhirnya akan mendapatkan gambaran nyata tentang keterlaksanaan proses pembelajaran.

Langkah berikutnya adalah merefleksikan semua proses di atas. Hal ini sangat penting, karena pembelajaran jarak jauh harus memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi semua pihak, terutama guru, siswa, dan orang tua.

Oleh karena itu, kegiatan ini harus dilaksanakan semua pihak. Guru merefleksi diri tentang ketercapaian programnya. Siswa merefleksi guru tentang kegiatan belajar mengajar. begitupun dengan sekolah dan orang tua.

Simpulan

Akhirnya, diperlukan kolaborasi positif semua pihak. Terutama guru, siswa, orang tua dan sekolah, dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tahun pelajaran baru nanti. Sebaik apapun konsep yang dirancang tidaklah akan bermakna tanpa didukung semuanya.

Beragam metode dalam menyikapi pembelajaran jarak jauh yang diterapkan nanti haruslah juga mempetimbangkan aksesibilitas keseluruhan yang terlibat.

Oleh karena itu, Merdeka Belajar, sebagaimana yang dicanangkan Mendikbud, haruslah dimulai dari guru. Tanpa terjadi di guru, maka sangat tidak mungkin terjadi di siswa.

Diperlukan kecerdasan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Oleh karena itu konsep SABAR di Merdeka Belajar di atas merupakan salah satu alternatif solutif dalam menghadapi kondisi kenormalan baru di tahun pelajaran nanti.***

Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999 dan Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat.

Respon (174)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *