Sinergitas dengan Alam di Masa Pandemi Covid dalam Konteks Falsafah Tri Hita Karana (4, Tamat)

FOTO ARTIKEL 53 1
(Foto trihitakaranabali.org)

Oleh Ni Putu Sri Jayanti Warma Dewi

SELAIN konsep Prahyangan, di dalam bagian Tri Hita Karana terdapat konsepsi Palemahan di manamerupakan hubungan yang terjalin antara Manusia dengan alam lingkungan di sekitarnya. Hubungan manusia dengan alam dapat tercipta dengan lingkungan yang mencakup tumbuhan, hewan, dan hal yang bersifat sekala-niskala.

Palemahan dalam ajaran Hindu, dapat diwujudkan dengan Bhuta Yadnya yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan unsur- unsur alam (seperti upacara mecaru dan mesegeh). Alam bagi kehidupan begitu penting. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa alam, maka dari itu hendaknya manusia harus selalu memperhatikan dan menjaga lingkungan tetap seimbang.

Maka dari itu sisi positif yang bisa kita petik dari pandemi ini adalah masyarakat dapat menjaga alam ini dengan baik atau dengan kata lain dapat mulat sarira (mawas diri atau pengendalian diri yaitu dengan jalan introspeksi diri) di masa pandemi ini. Seperti yang dikutip dalam Lontar Rogha Sanghara Bumi. Lontar ini merupakan salah satu referensi yang berisi antara lain beberapa upacara serta sesajinya guna menetralisasi dari bencana di bumi. Tujuannya agar manusia kembali introspeksi dalam menjaga keseimbangan alam bumi.

Selain dengan adanya upacara atau ritual penolak bala hal yang dilakukan oleh masyarakat di Bali adalah menggandeng Pecalang Adat untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah guna menjaga keamanan, kenyamanan, serta ketertiban selama adanya pandemi ini. Sehingga dibentuklah Satuan Tugas Gotong Royong Pencegahan Covid-19 berbasis desa adat. Satgas Gotong Royong di lingkungan desa adat tersebut memiliki tugas untuk memberdayakan seluruh warga desanya agar bergotong royong bersama dalam mencegah penyebaran Covid-19 baik secara secara sekala dan niskala.

Dalam kesehariannya, Pecalang Adat bersama petugas keamanan lainnya rutin melakukan patroli di wilayah desa adatnya masing-masing untuk memastikan situasi di wilayahnya kondusif sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, dalam fungsi pengawasan, tim keamanan gabungan akan meminta tempat usaha yang masih buka melebihi aturan jam operasional yang telah ditetapkan untuk segera menutup lokasi usahanya biasanya jam operasional mereka dibatasi sampai jam 21.00 WITA. Termasuk apabila masih ada ditemukan warga yang berkumpul di luar rumah, mereka juga akan diminta untuk segera membubarkan diri.

Dalam konteks Pecalang Adat ini, Tri Hita Karana masuk dalam ranah Pawongan, di mana Pawongan merupakan hubungan yang terjalin antara manusia dengan sesamanya. Manusia adalah makhluk sosial, manusia juga harus menjaga hubungan keharmonisan dengan keluarga, teman, dan orang disekitarnya. Maka dari itu tugas Pecalang Adat sangatlah diperlukan apalagi pada masa pandemi Covid-19 terlebih lagi saat ini pemerintah tengah menyiapkan penerapan tatanan kehidupan baru atau new normal, upaya lebih tegas dilakukan pecalang untuk mendisiplinkan warga yang melanggar protokol kesehatan dan tidak melengkapi diri dengan surat jalan dari masing-masing perusahaan serta surat keterangan negatif covid-19 bagi pendatang yang tiba di Bali. Semangat dan sinergitas dari masyarakat Bali ini diperlukan untuk membangun Indonesia Bahagia agar dapat menghadapi pandemi di era saat ini.

Masa pandemi Covid-19 membuat masyarakat Bali harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena mereka diharuskan untuk selalu menggunakan protokol Kesehatan jika melakukan keluar rumah serta kebiasaan untuk selalu menjaga jarak agar dapat memutus rantai penyebaran virus corona. Covid-19 ini merupakan wabah baru yang dapat menyerang berbagai lapisan manusia di seluruh dunia.

Virus ini ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019. Dan tidak pernah disangka bahwa berdasarkan hasil riset virus ini dapat terindikasi ke dalam tubuh manusia melalui penularan sentuhan, maka dari itu masyarakat diwajibkan untuk selalu mencuci tangan agar terjamin kesehatannya.***

Penulis adalah guru di SMA N 1 Kuta Selatan, Bali.