ZONALITERASI.ID – Sebanyak 50 siswa SMPN 17 Kota Bandung menunjukkan antusiasme tinggi saat mengikuti Pelatihan Jurnalistik yang digelar di lingkungan sekolah pada Kamis, 28 Agustus 2025. Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini diikuti oleh siswa yang tergabung dalam Duta Baca, Wartawan Cilik, dan ekstrakurikuler Jurnalistik SMPN 17 Kota Bandung. Bekerja sama dengan media Zonaliterasi.id, kegiatan ini bertujuan untuk mengasah keterampilan dasar jurnalistik dan memperdalam pemahaman literasi para siswa.
Kepala SMPN 17 Kota Bandung, Endah Mayasari, S.Pd., M.P.Mat., menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif pelatihan ini.
“Kegiatan ini memberikan wawasan praktis yang berharga bagi para siswa yang memiliki minat di bidang tulis-menulis dan jurnalistik, langsung dari para praktisi di bidangnya,” kata Endah.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan teori tetapi juga mendorong siswa untuk berani tampil dan mempraktikkan langsung ilmu yang didapat.
Para siswa dibekali tiga materi utama yang dibawakan oleh tim redaksi Zonaliterasi.id. Pemimpin Redaksi Dede Suherlan membuka sesi dengan materi mengenai kerja sama tim, manajemen media, dan teknik wawancara. Ia menjelaskan struktur organisasi redaksi yang terdiri dari pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur, hingga reporter, dan fotografer.
“Rapat redaksi adalah jantungnya sebuah media. Di sanalah tugas dibagi dan rubrikasi ditentukan,” jelas Dede.
Ia juga menekankan pentingnya persiapan sebelum wawancara, “Seorang jurnalis tidak boleh berangkat dengan kepala kosong. Riset topik dan siapkan daftar pertanyaan agar wawancara berjalan efektif.”
Materi kedua, yang disampaikan oleh Ude D. Gunadi, berfokus pada teknik dasar menulis berita. Ia mengingatkan bahwa menulis adalah tingkat keterampilan berbahasa tertinggi yang membutuhkan ketekunan untuk terus berlatih. Sebuah berita yang baik, menurutnya, harus memenuhi unsur 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How) dan memiliki nilai berita.
“Jika anjing menggigit manusia itu biasa, tetapi jika manusia menggigit anjing, itu baru berita,” ujarnya memberikan analogi.
Sesi terakhir yang dibawakan oleh Mardani Mastiar membahas secara mendalam tentang teknik menulis resensi buku. Mardani meluruskan beberapa miskonsepsi umum, baik mengenai literasi maupun resensi itu sendiri.
“Literasi sering kita sederhanakan sebagai kegiatan membaca dan menulis. Padahal, menurut UNESCO, definisinya lebih luas, mencakup kemampuan berbahasa seseorang dalam konteks masyarakat, pengetahuan, dan budaya,” paparnya.
Begitu pula dengan resensi, yang sering disalahpahami hanya sebagai ulasan atau ringkasan. Merujuk pada materi yang disiapkannya, Mardani menjelaskan bahwa resensi adalah sebuah evaluasi kritis yang komprehensif, yang menempatkan peresensi sebagai jembatan krusial antara buku dan pembaca.
Dalam paparannya, ia menguraikan struktur resensi yang kokoh, mulai dari identitas karya, orientasi, sinopsis, analisis, hingga evaluasi.
“Tujuan utama sinopsis adalah memancing rasa ingin tahu, bukan menceritakan semuanya. Dosa terbesar seorang peresensi adalah membocorkan akhir cerita atau spoiler,” tegasnya.
Suasana pelatihan berlangsung interaktif. Para peserta aktif melontarkan pertanyaan di setiap sesi, menunjukkan rasa ingin tahu yang besar. Puncak antusiasme terlihat ketika seorang siswi dengan berani maju ke depan untuk mempraktikkan langsung materi resensi. Secara fasih, ia berbicara di depan publik, mengulas sebuah buku yang pernah dibacanya di hadapan teman-temannya.
Aksi berani tersebut sontak mendapat apresiasi dari pemateri, yang menghadiahkan sebuah buku kumpulan cerita pendek. Hadiah ini diharapkan dapat menjadi simbol motivasi agar seluruh siswa terus berani berpikir kritis dan semakin mencintai kegiatan membaca.
Pelatihan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis para siswa, tetapi juga menumbuhkan semangat mereka untuk berkontribusi dalam menyebarkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Sejalan dengan kutipan Najwa Shihab, “Hanya butuh satu buku untuk jatuh cinta pada membaca,” para siswa kini dibekali kemampuan untuk menjadi pemandu yang bisa mengantarkan teman-temannya menemukan “cinta pertama” mereka pada buku. (M. Mastiar)***





