Atasi Stres Saat Pandemi, Kemenag Bekali Guru RA Keterampilan Psikososial

FOTO BK 2
Ilustrasi, (Foto: Warta-pendidikan.com).

ZONALITERASI.ID – Direktorat Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) memberi Pembekalan Psikososial kepada Guru Raudhatul Athfal (RA).

Materi yang disampaikan oleh Psikolog Spesialis Pendidikan dari Wahana Visi Indonesia Saskia Rosita Indasari ini merupakan salah satu sesi Pelatihan Pengembangan Kapasitas Guru RA yang digelar secara daring.

“Depresi atau stres dapat terjadi pada siapa saja, baik guru, orang tua, maupun. Itu terjadi terutama di era pandemi saat ini, di mana terjadi perubahan sistem pembelajaran,” kata Saskia membuka sesi pelatihan, seperti dikutip laman Kemenag, Senin (26/10/2020). ikan Agama)

Menurutnya, secara psikologis dan medis, saat merasa stres, guru atau siswa dikuasai oleh emosi yang intens. Dalam kondisi begitu, hormon stres bernama kortisol akan mendominasi di otak dan menghambat kemampuan berpikir seseorang.

“Seseorang menjadi sulit untuk berpikir secara jernih dan rasional, sulit memusatkan perhatian (atentif), dan sulit untuk memecahkan masalah yang ada,” terang Saskia.

Menurut Saskia, jika kondisi depresi dan stres yang terjadi pada diri seseorang tidak segera diperbaiki dan berkelanjutan maka kemungkinan besar akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Ia menuturkan, kapasitas pemulihan seseorang dalam mengatasi stress tentu berbeda satu sama lain.

“Pemulihan seseorang dalam mengatasi stres dipengaruhi oleh faktor kualitas diri, lingkungan sosial, dan faktor pendukung. Segala bentuk pilihan tingkah laku yang ada pada diri seseorang dan lingkungan sosial untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan psikologis sosial sangat berpengaruh,” tutur Saskia.

“Pada prinsipnya, cepat lambatnya pemulihan anak ataupun orang dewasa tergantung dari faktor pelindung dan faktor penghambatnya. Semakin dewasa seseorang maka makin berat faktor penghambatnya dan cenderung akan semakin lama proses pemulihannya,” tambahnya.

Lanjut Saskia, orang dewasa yang sadar jika dirinya butuh pertolongan dan akan mencari bantuan. Selain itu, ada dorongan dalam diri untuk bangkit. Hal tersebut akan mempercepat untuk pulih.

“Begitu pula dengan anak. Anak yang terlatih mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosinya serta kooperatif, ia akan lebih mudah ditangani,” ujarnya

Lakukan 3M

Saskia menjelaskan, cara memberikan pertolongan pertama psikologis pada anak yang mengalami stres yaitu dengan lakukan 3M.

Pertama, mengamati situasi dan perubahan perilaku anak.

Kedua, mendengarkan keluhan dan aspirasi anak serta mendengarkan juga keluhan orang-orang di sekitar tentang perilaku si anak.

Ketiga, menghubungkan permasalahan yang dialami anak dengan pihak yang lebih tepat.

“Cobalah luangkan waktu sejenak untuk benar-benar hadir untuk anak, mendengarkan mereka, melakukan aktivitas menyenangkan bersama mereka,” pungkas Saskia.

Kasubdit Bina GTK RA, Siti Sakdiyah, mengatakan, untuk mengurangi tingkat depresi yang kemungkinan bisa dialami oleh guru atau siswa dalam masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), guru perlu membangun komunitas yang bisa dilakukan baik sesama guru, keluarga, orang tua, ataupun dengan anak didik untuk sekadar berdiskusi atau membangun komunikasi positif.

“Dengan menyapa dalam komunitas tersebut dapat mengurai dan melupakan sejenak kejenuhan yang terjadi. Rileks, relaksasi, dan rekreasi sejenak bisa dilakukan untuk membangun dan meningkatkan imunitas guru sejahtera siswa bahagia di tengah PJJ yang melanda,” pungkas Sakdiyah. (des)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *