“Behind the Scenes: Story of The Bandung Conference Committee”, Membedah Peristiwa Budaya di Balik Konferensi Asia-Afrika

asia afrika
Sulhan Syafii (kiri) saat tampil pada bedah buku "Behind the Scenes: Story of The Bandung Conference Committee", di Ruang Audiovisual Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA), Sabtu, 26 April 2024. Acara dimoderatori oleh Adew Habtsa (kanan), (Foto: Mardani Mastiar).

ZONALITERASI.ID – Pada Sabtu, 26 April 2024, di Ruang Audiovisual Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA), bedah buku “Behind the Scenes: Story of The Bandung Conference Committee” karya Sulhan Syafii, karya Sulhan Syafii, atau yang akrab disapa Kang Aan, menjadi sorotan utama. Lebih dari 60 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk peserta dari benua Afrika, menghadiri acara tersebut. Itu menunjukkan minat yang besar terhadap topik yang dibahas.

Moderator acara, Adew Habtsa, mengawali jalannya diskusi yang menarik. Kang Aan, penulis buku, mengungkapkan, inspirasi untuk menulis buku ini datang dari rasa ingin tahu akan kesuksesan KAA, sebuah acara yang awalnya diadakan di negara yang notabene baru berdiri dan kemudian memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia.

Dia menjelaskan, di balik kesuksesan tersebut terdapat peran aktif dari berbagai unsur masyarakat, naradamping Ceu Popong yang menemani istri para kepala negara, Abah Landung yang mengkoordinasi kendaraan para pemimpin negara dengan meminjam mobil ke warga sekitar, dan Rumah Makan Madrawi sebagai salah satu pemasok makanan favorit Soekarno. Juga kisah menarik lainnya seperti Burung dari Jepang sebagai hadiah diplomatik.

Peristiwa-peristiwa tersebut menambah dimensi KAA sebagai peristiwa budaya, bukan semata-mata peristiwa politik. Konsep ‘Diplomasi Gastronomi’ yang disebutkan oleh penulis menjadi sarana untuk memperkuat solidaritas di antara negara-negara Asia Afrika.

Diskusi kemudian diperluas dengan pertanyaan dan tanggapan dari peserta. Ketua Bandung Heritage, Aji Bimarsono, menekankan pentingnya kegiatan seperti ini dalam memperkaya pemahaman publik, tidak hanya tentang sejarah lokal, tetapi juga tentang peristiwa internasional seperti KAA. Ia juga menggarisbawahi kontribusi warga lokal dalam memahami dan menceritakan kisah yang jarang terdengar.

Acara ini juga merupakan kolaborasi antara Bandung Heritage, Komunitas Asian African Reading Club, dan Museum KAA, menunjukkan semangat kolaboratif dalam memperjuangkan pelestarian warisan budaya dan semangat KAA.

Pesan yang disampaikan kepada generasi muda adalah pentingnya tidak melupakan nilai-nilai universal sejarah, yang tidak hanya relevan pada masa lalu, tetapi juga tetap aktual dalam dinamika zaman saat ini. Selain itu, MC juga mengumumkan rencana Festival Kuliner KAA yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri.

Aji mengatakan, kegiatan semacam ini akan terus dilakukan untuk menjaga semangat KAA dan mengharapkan kepada pemerintah untuk meningkatkan peran Bandung sebagai tuan rumah, ibukota Asia-Afrika bagi negara-negara saudara kita di Asia Afrika.

Pertemuan bulanan Bandung Heritage menjadi platform penting untuk diskusi yang berbobot tentang sejarah dan warisan budaya Kota Bandung. Untuk kegiatan selanjutnya, kita akan membahas perjalanan Berlage di Nusantara. (mardani mastiar)***