ZONALITERASI.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mengatakan, NU pada hakikatnya berada pada posisi kepemimpinan di tengah-tengah umat.
Namun demikian, menurutnya, wawasan tentang posisi kepemimpinan tersebut tidak terlalu ditonjolkan dalam artikulasi ataupun pernyataan yang eksplisit tapi hanya dipahami sebagai wawasan tradisional atau wawasan yang telah diterima sebagai wawasan tradisi jamiyyah.
Pernyataan itu disampaikan Gus Yahya saat hadir secara virtual dalam acara Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) yang diselenggarakan di Hotel Sutan Raja, Kabupaten Bandung, Rabu, 21 Juni 2023.
“Adanya perubahan dan dinamika dalam kehidupan yang terjadi di masyarakat saat ini memunculkan fenomena baru yang harus ditanggapi. NU harus mampu cepat dalam beradaptasi jika ingin tetap berfungsi sebagaimana mestinya di tengah-tengah konteks masyarakat yang telah berubah secara fundamental dan besar-besaran,” katanya.
“Kami membangun kesepakatan untuk melembagakan fungsi kepemimpinan umat ini secara lebih eksplisit. Kita rancang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja dari personalia kepengurusan NU ini agar mampu menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya dengan lebih baik,” sambung Gus Yahya.
Ia mengungkapkan, keputusan untuk menjadikan artikulasi tentang peran kepemimpinan ini untuk menjadi lebih eksplisit membawa konsekuensinya tersendiri. Misalnya, tuntutan akan peran kepemimpinan jamiyyah NU sendiri menjadi lebih eksplisit pula daripada jamaah atau masyakarat pada umumnya.
NU, lanjut Gus Yahya, akan terus dihadapkan pada tuntutan tanggung jawab untuk merespons dan menggerakkan jamaah dan masyarakat dalam satu tanggapan yang konstruktif, positif, dan lebih baik dalam menghadapi masalah yang muncul.
“Pada saat yang bersamaan pengurus NU dari mulai tingkat pusat hingga ranting harus menerima secara definitif tanggung jawab kepemimpinan sesuai dengan kedudukan di dalam organisasi. Dengan kata lain bahwa evaluasi terhadap kinerja pengurus juga akan lebih eksplisit, baik dari warga ataupun jajaran kepengurusan di dunia ini maupun di dalam hisab Allah nanti,” terangnya.
“Dalam konteks keseluruhan wawasan itu PBNU kemudian merancang suatu sistem pelatihan kader. Ini diharapkan dapat membantu menambahkan berbagai macam aspek keterampilan yang bisa berguna bagi para pengurus dan kader-kader NU dalam menjalankan tanggung jawab kepemimpinannya. Di samping itu bisa memicu pengembangan kapasitas kepemimpinan yang lebih kuat lagi di setiap kader NU,” pungkas Gus Yahya. (dan)***