PERJALANAN kehidupan adalah proses panjang yang terbagi dalam fase-fase tertentu. Sederhananya, ada Dunia Anak, Dunia Remaja, Dunia Dewasa, dan Dunia Lansia. Masing-masing fase memiliki warna, tantangan, dan tuntutan peran berbeda. Dunia Anak dipenuhi kepolosan dan pembelajaran dasar. Dunia Remaja diwarnai gejolak pencarian jati diri. Dunia Dewasa menuntut tanggung jawab, kerja keras, dan peran sosial yang kompleks. Sementara Dunia Lansia, yang kini mulai kujalani, menjadi ruang refleksi sekaligus kesempatan menemukan kebijaksanaan baru.
Perjalanan hidup bukan garis lurus yang saling bertaut tanpa bisa diputus. Fase sebelumnya tidak harus menjadi fondasi yang membatasi langkah di fase berikutnya. Kesalahan, kegagalan, kekecewaan, atau kesesatan pikir di masa lalu tidak layak menjadi tiang pancang bagi masa depan. Memang, ada benang merah yang menghubungkan sejarah masa lalu dengan kehidupan kekinian, tetapi benang itu tidak selalu harus ditenun dalam pola yang sama. Kita punya hak untuk menenun motif baru.
Dalam memasuki masa pensiun, aku bertekad membangun dunia baru. Dunia yang berbeda. Dunia yang lebih jernih dan bermakna. Masa lalu biarlah berlalu, menjadi kenangan dan pelajaran tanpa perlu menjadi beban. Aku tidak ingin lagi berpikir tentang birokrasi. Tidak ada gunanya terus mengutuk atau menyalahkan dunia yang pernah kujalani. Isu-isu kekinian tentang birokrasi yang dulu menjadi bagian hidupku, kini hanya akan kusaksikan dari kejauhan, tanpa keterlibatan intens. Sejauh mungkin, aku memilih memutus hubungan dengan masa lalu yang tidak relevan.
Dunia baru ini menuntut sahabat-sahabat baru, visi dan misi baru, tujuan baru, kebahagiaan baru, dan semangat baru. Persahabatan dengan alam, dengan buku, dan dengan diri sendiri menjadi ruang baru yang menenangkan. Dunia ini bukan sekadar pelarian dari masa lalu, melainkan upaya sadar membangun kehidupan yang lebih bermakna. Hidup tidak harus menjadi ekor dari masa lalu. Aku ingin menjadikan masa pensiun ini sebagai matahari yang terbit, bukan matahari yang tenggelam.
Dalam dunia baru ini, aku belajar bahwa kebahagiaan bukan tentang prestasi atau pengakuan, melainkan tentang kesederhanaan dan keterhubungan. Bertanam, beternak, membaca, menulis, dan merenung menjadi aktivitas yang memberi rasa syukur dan kelimpahan. Dunia baru ini mungkin lebih sepi, tetapi justru di dalam kesunyian itu, aku menemukan suara-suara yang selama ini tertelan hiruk-pikuk.
Perjalanan ini masih panjang. Dunia baru ini masih terus ditata. Mungkin kelak, aku akan menemukan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah pencapaian, melainkan perjalanan yang dijalani dengan penuh kesadaran dan penerimaan.
Que sera sera — apa yang akan terjadi, terjadilah. Tapi dalam dunia baru ini, aku memilih untuk menenun motif hidupku sendiri. ***
Suheryana Bae, pernah bekerja sebagai PNS di Timor Timur (Timor Leste), Pemkab Ciamis, dan Pemkab Pangandaran. Kini menikmati masa purnabakti di Ciamis, Jawa Barat.