Cedera Saraf Tulang Belakang Akibatkan Kelumpuhan Permanen, Begini Cara Pencegahannya

61b9932094979
Cedera saraf tulang belakang merupakan cedera pada tulang belakang yang dapat menyebabkan disabilitas fisik hingga kematian, (Ilustrasi: Kompas.com).

ZONALITERASI.ID – Cedera saraf tulang belakang merupakan cedera pada tulang belakang yang dapat menyebabkan disabilitas fisik hingga kematian. Ini dapat disebabkan kecelakaan atau infeksi virus dan bakteri.

Untuk mengetahui seputar cedera saraf tulang belakang, berikut pemaparan dari Ketua Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf DKI Jakarta, Wawan Mulyawan.

Menurut Wawan, guna mencegah cedera saraf tulang beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:

-Mengemudi mengenakan sabuk pengaman.

-Menghindari bahaya jatuh seperti tangga atau lantai kamar mandi yang licin.

-Mengenakan alat pelindung selama olahraga, jika dibutuhkan.

-Tidak melakukan aktivitas fisik atau olahraga ekstrim seperti mendaki tebing, bersepeda gunung dan lain-lain pada orang usia lanjut, terutama wanita menopause.

Kata Wawan, orang yang mengalami cedera saraf tulang belakang dapat menjadi penyandang disabilitas fisik secara permanen.

“Ya, jika yang terjadi adalah cedera sumsum tulang belakang yang komplit (complete)/lengkap, disabilitas atau kelumpuhannya akan permanen,” kata Wawan, dikutip dari Liputan6.com, Rabu (22/12/2021).

“Namun jika cedera tidak permanen, dalam arti hanya sebagian saraf sensorik, motorik atau otonom yang rusak alias tidak lengkap, masih memungkinkan beberapa perbaikan fungsional dari waktu ke waktu,” sambungnya.

Biasanya tindakan operasi atau obat kortikosteroid yang terlambat dalam hitungan jam atau hari dapat menyebabkan cedera yang incomplete / tidak lengkap menjadi permanen. Karena itu dalam penanganan cedera saraf tulang belakang ada istilah “Time is essential.”

Dua Kerusakan

Wawan menambahkan, ada dua kerusakan akibat cedera saraf tulang belakang. Pertama, kerusakan langsung akibat benturan dan penekanan atau disebut kerusakan primer.

Kerusakan primer adalah cedera pada saraf tulang belakang yang biasanya terjadi akibat trauma pada tulang belakang mulai dari leher/servikal sampai tulang belakang sakral.

Tulang yang retak atau patah akan menekan sumsum tulang belakang atau bahkan merobeknya. Cedera saraf tulang belakang dapat saja terjadi tanpa patah tulang belakang yang jelas. Sebaliknya seseorang bisa saja mengalami patah tulang belakang tanpa terjadi cedera tulang belakang.

Namun, pada sebagian besar cedera saraf tulang belakang, sumsum tulang belakang tertekan atau robek. Sedangkan berat ringannya kerusakan saraf tergantung pada kekuatan penekanan saraf oleh tulang belakangnya, keras ringannya energi yang menghantam, dan lamanya penekanan atau lamanya pertolongan.

Kedua adalah kerusakan sekunder atau kerusakan tambahan/ikutan. Kerusakan sekunder dapat terjadi akibat terus berlangsungnya kerusakan primer karena kurang cepatnya pertolongan atau tidak tepatnya pertolongan.

“Sehingga kerusakan yang seharusnya lebih ringan, menjadi lebih berat atau menjadi permanen dibandingkan kerusakan langsung di awal cedera/benturan,” ujarnya.

Ketepatan Penanganan

Karena begitu banyak kerusakan yang muncul setelah cedera awal, maka menjadi penting proses-proses kecepatan dan ketepatan penanganan untuk mempertahankan sebanyak mungkin fungsi saraf sensorik, motorik, dan otonom.

Dalam beberapa menit setelah kecelakaan atau cedera, jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan pengiriman nutrisi dan oksigen yang tidak cukup ke sel saraf, dan sel saraf akhirnya mati permanen.

“Ketika sel saraf di sumsum tulang belakang, akson, atau astrosit cedera, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, bahkan akan bisa merusak dirinya sendiri (self-destruction) akibat memproduksi bahan kimia beracun yang disebut zat radikal bebas,” pungkas Wawan. ***