Cegah Perundungan Lewat Duta Sekolah Bakti Masagi, Libatkan 400 Siswa di Jabar

pengukuhan duta sekolah bakti masagi 20242025 yang dihadiri 400 241120162212 580
Sebanyak 400 siswa dari 200 sekolah di 27 Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat mengikuti Pengukuhan Duta Sekolah Bakti Masagi 2024-2025, di Aula Ki Hajar Dewantara, Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Selasa, 19 November 2024.(Foto: Dok. Disdik Jabar)

ZONALITERASI.ID – Sebanyak 400 siswa dari 200 sekolah di 27 Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat mengikuti Pengukuhan Duta Sekolah Bakti Masagi 2024-2025, di Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar, Selasa, 19 November 2024.  Duta Sekolah Bakti Masagi menjadi penggerak program Jabar Masagi untuk melestarikan kearifan lokal dan budaya daerah. Mereka juga menjadi pelopor pencegahan 3 isu pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi di lingkungan sekolah masing-masing.

Sekretaris Disdik Jawa Barat, Deden Saepul Hidayat, mengatakan, Duta Sekolah Bakti Masagi merupakan perwakilan siswa-siswi terpilih dari berbagai SMA dan SMK di Jawa Barat.

“Mereka diharapkan dapat menjadi contoh dalam menanamkan pilar Panca Niti Jabar Masagi dan mencegah 3 isu pendidikan mulai dari lingkungan terkecil mereka,” kata Saepul Hidayat.

Ia mengungkapkan, Jabar Masagi merupakan program unggulan Disdik Jabar yang bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam setiap aspek pendidikan. Jabar Masagi diharapkan mampu menyebarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur kearifan lokal Jawa Barat guna menciptakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada kebahagiaan siswa.

“Memang seharusnya begitu. Sekolah sebagai pusat peradaban intinya menciptakan anak-anak berkarakter. Kecerdasan itu kan nomor sekian. Ketika kita sudah membentuk anak-anak yang berkarakter baik, maka nanti dia bisa mengikuti semua proses kehidupan dengan baik di masyarakat,” ujarnya.

Kata Saepul, pengukuhan Duta Sekolah Bakti Masagi menjadi langkah strategis dalam mewujudkan visi pendidikan karakter berkelanjutan dalam mendukung kegiatan Gerakan Jabar Masagi, menjadikan sekolah sebagai pusat tumbuhnya generasi beretika dan berbudaya.

“Acara ini juga menjadi momen spesial bagi lima siswa yang terpilih menjadi brand ambassador Jabar Masagi dengan tujuan memperluas jangkauan nilai-nilai Jabar Masagi ke lingkup yang lebih luas lagi,” tuturnya.

“Mudah-mudahan anak-anak kita betul-betul jadi duta kebaikan bagi teman-temannya, karena tadi sudah berjanji akan menjaga nama baik, disiplin, intinya menjadi khoirunnas anfa’uhum linnas, itu yang saya pikir apresiasi untuk anak-anak kita,” tambah Saepul.

Ketua Harian Jabar Masagi, Eka Sandi Saputra, mengatakan, dengan pengukuhan ini, Jabar Masagi optimistis dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga berkarakter kuat dan cinta terhadap budaya.

“Setelah dikukuhkan, momen ini diharapkan tidak hanya sebatas acara seremonial, namun nantinya kalian bisa menjalankan peran dan tanggung jawab yang diberikan sebaik-baiknya di sekolah masing-masing,” kata Eka.

Tiga Isu

Saepul Hidayat menyebutkan, peran utama Duta Sekolah Bakti Masagi adalah mengatasi tiga isu pendidikan, yaitu, perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

“Mereka diharapkan tidak hanya mampu mengidentifikasi dan mencegah, tetapi juga membangun kesadaran kolektif di kalangan siswa tentang pentingnya solidaritas dan saling menghormati terhadap perbedaan,” terangnya.

Sementara, Muhammad Pringga, narasumber dalam acara itu mengatakan, peran Duta Sekolah Bakti Masagi ini sangat penting. Mereka menjadi agen perubahan di sekolah.

“Ketika terjadi perundungan, kalian jangan hanya diam dan menyaksikan. Jadilah pembela atau defender yang berani mengambil tindakan untuk melindungi dan mendukung teman-teman kalian,” ucap Pringga.

Duta Sekolah Bakti Masagi 2024/2025, Nabila Fitria Ramadhani, dari SMK Negeri 10 Bandung membagikan pengalaman setelah mengikuti proses seleksi dan pengukuhan.

“Seru sekali karena hari ini menambah banyak wawasan, ilmu yang diberikan juga menambah wawasan, khususnya mengenai materi-materi tiga isu pendidikan, yang mungkin sering saya jumpai di lingkungan sekitar saya,” kata Nabila. (des)***