ZONALITERASI.ID – Indonesianis dari University of Tasmania, Australia, Assoc. Prof. Pamela Allen, PhD, mengatakan, karya sastra bukan sekadar rekaan fiksi belaka. Sastra bisa menjadi media untuk menampilkan kondisi sejarah dan sosial suatu bangsa ke dunia luar.
“Terjemahan sastra merupakan kunci penting tidak hanya membuka kekayaan sastra suatu negara tetapi juga sejarah dan realitas sosiopolitiknya,” ungkap Prof. Allen, saat menyampaikan orasi ilmiah “Why Translation Matters” dalam rangka Dies Natalis ke-62 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Senin (2/11/2020).
Ia mengungkapkan, sejak zaman kolonial, banyak sastrawan Indonesia yang menggunakan realitas sosiopolitik sebagai materi karya. Hal ini kerap mendorong sastrawan, bersama seniman dan jurnalis menjadi sasaran sensor oleh rezim otoriter.
“Pembungkaman karya tidak lantas mematikan imajinasi dan kreativitas sastrawan. Sastrawan harus menemukan cara yang cerdik dan kreatif untuk memasukkan kritik sosial dan politik ke dalam karyanya,” ujar peneliti bahasa, sastra, dan kajian Indonesia ini.
Akademisi yang rutin menerjemahkan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris ini menjelaskan, sebelum aktivitas penerjemahan karya sastra Indonesia dilakukan, masyarakat luar sulit mengetahui bagaimana kondisi sosiopolitik Indonesia.
Padahal, Indonesia kaya akan sejarah yang tidak diketahui secara luas di tingkat internasional. Karena itu, penerjemahan karya sastra Indonesia juga dapat menyampaikan ke pembaca non-Indonesia tentang kondisi sosial politik Indonesia.
“Sastra dan terjemahan sastra bisa menjadi jendela di mana kita bisa melihat realitas sosial, bahwa sastra dapat berbicara dengan kita lebih kuat dari bentuk wacana lain,” kata Allen.
Internasionalisasi Unpad
Perayaan Dies Natalis ke-62 FIB Unpad digelar secara virtual. Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unpad Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE., menyampaikan apresiasi atas berbagai prestasi yang telah dihasilkan FIB Unpad.
“Pertama, hampir semua prodi terakreditasi BAN PT ‘A’. Insyaallah, beberapa prodi FIB sudah merintis ke arah akreditasi internasional,” kata Rektor.
Rektor juga mengapresiasi atas perolehan hibah pengembangan prodi, hibah riset, serta beragam prestasi yang diraih oleh mahasiswa FIB Unpad.
Program studi di FIB Unpad dinilai relevan dalam mendukung internasionalisasi Unpad. Lulusan FIB memiliki kompetensi yang unggul di dalam penguasaan bahasa asing.
Untuk itu, Rektor mendorong FIB untuk menguatkan sinergi dengan universitas. Program studi dapat melakukan penajaman sehingga proses pembelajaran bisa terstandar internasional.
Kurikulum pembelajaran di FIB harus berorientasi pada capaian pembelajaran. Orientasi ini akan mengasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan kemampuan nonteknis yang sesuai dengan karakteristik prodinya.
“Dengan kompetensi dan skill tersebut, lulusan akan cepat terserap kerja atau cepat menciptakan lapangan kerja,” kata Rektor.
Selain kurikulum, FIB Unpad juga didorong untuk memperoleh rekognisi internasional.
“Kalau sudah diperoleh rekognisi internasional, maka otomatis lulusannya berlabel standar kualitas internasional,” pungkas Rektor. (des)***