Direktur GTK Madrasah: Ekonomi Islam Harus Masuk Bagian Inti Kurikulum Madrasah

21c011e5 cb69 4cae 998b 820baeef81a9 942x400 1
Webinar "Ekonomi Islam dan Outlook Pembelajaran Ekonomi Madrasah Aliyah di Indonesia", melalui aplikasi zoom meeting, Sabtu (31/10/2020), (Foto: Humas UIN Bandung).

ZONALITERASI.ID – Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI, Dr. Mohammad Zain, M.Ag., menegaskan pentingnya ekonomi Islam masuk menjadi bagian inti kurikulum madrasah.

“Di sinilah diperlukan kajian atau materi materi ekonomi Islam yang khas di madrasah aliyah. Untuk itu, keterlibatan perguruan tinggi menjadi sebuah keniscayaan dengan segudang sumber daya manusia yang mumpuni dan dimiliki di bidang ekonomi Islam itu,” katanya, saat berbicara dalam Webinar “Ekonomi Islam dan Outlook Pembelajaran Ekonomi Madrasah Aliyah di Indonesia”, melalui aplikasi zoom meeting, Sabtu (31/10/2020).

Pada kesempatan sama, Ketua Forum Guru Ekonomi Madrasah Aliyah (Forgema) Kemenag, Herlan Firmansyah, S.Pd, M.Pd, ME, menuturkan, out come dari webinar itu yaitu adanya buku pegangan pembelajaran Ekonomi Syariah yang khas madrasah aliyah.

“Penguatan aspek fikih dan ushul fikihnya sebagai distingsi madrasah aliyah menjadi muncul. Buku ini berbeda dengan sekolah menengah di bawah Kemendikbud yang sudah ada,” terangnya.

Ketua Prodi Manajemen Keuangan Syariah (MKS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. H. Dadang Husen Sobana, M.Ag., menjelaskan, di tengah boomingnya ekonomi Islam baik pada lembaga pendidikan tingkat menengah atas mapun perguruan tinggi, lembaga keuangan baik bank maupun non-bank, belum diimbangi dengan ilmu dan spirit berekonomi Islam yang sesungguhnya.

Kendati semangat memulainya ada, ghirohnya kuat, bahkan modal untuk terjun ke bisnis ini cukup memadai, namun pengetahuan tentang filosofi dasar-dasar ekonomi Islam-nya masih lemah, minim bahkan nol.

“Akhirnya berkesimpulan bahwa berekonomi syariah adalah sama saja dengan berekonomi pada umumnya, padahal secara filosofis hal itu berbeda,” jelasnya.

Menurutnya, kekuatan pembeda nilai-nilai dasar ekonomi Islam dengan nilai-nilai ekonomi konvensional itu terletak pada empat pilar utama: pertama, ekonomi ilahiah, kedua, ekonomi akhlak, ketiga ekonomi kemanusiaan, dan keempat ekonomi keseimbangan.

Dekan FEBI UIN Bandung Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag., merespon positif adanya kerjasama dengan pola Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang digagas Prodi MKS dengan Forgema ini.

“Semoga dari kerja sama yang diawali dengan webinar ini dapat ditindaklanjuti pada event-event lain yang lebih praktis dan bersifat akademis. Sehingga, melahirkan satu model pembelajaran dan modul pembelajaran ekonomi Islam yang akulturatif, adaftif, dan familier dengan gaya anak milenial di tingkat Madrasah Aliyah,” ujarnya.

Webinar Ekonomi Islam dan Outlook Pembelajaran Ekonomi Madrasah Aliyah ini berlangsung berkat kerja sama Forgema Kemenag, Prodi MKS FEBI UIN Bandung, serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Suryakancana Cianjur.

Acara ini diikuti 654 peserta terdiri dari berbagai profesi mulai dari Sabang hingga Merauke, yang teridi atas guru 459 orang, mahasiswa 127 orang, dosen 38 orang, dan umum 30 orang. (des)***