Dokter yang Jujur

jujur 720x400 1
Ilustrasi, (Foto: Tempo.co).

Oleh Doddi Ahmad Fauji

“SAKIT juga menjadi kesempatan bagi kita untuk istirahat dan merenung, sambil berdialog dengan diri sendiri.” katanya.

Lalu saya sembuh.

Obat dibutuhkan, terutama obat stres. Magg dan typus, disebabkan oleh stres, yang membuat daya imun tubuh merosot. Ketika virus atau bakteri tiba, maka jiwa yang stres membuat badan mudah terjangkit penyakit. Obat stres kadang tidak bisa dengan kapsul atau tablet. Dengan narkoba, stres bukannya lewat, malah manusianya yang bisa lewat. Apa jadinya jika dokter pada stres.

Di kesempatan lain, pada sekian tulisan dan berita, saya membaca beredarnya obat palsu. Saya juga pernah membeli obat palsu itu, dan membandingkan kemasannya dengan yang asli, nyaris tak beda. Feeling yang awalnya menduga, ini obat palsu sepertinya. Ternyata benar itu palsu, setelah membandingkan dua produk yang sama, tapi beda kemasan.

Kita tidak perlu menutup mata, tentang peredaran uang palsu, tinta printer palsu, dan sekian KW-KW lainnya. Di manakah posisi para dokter ketika obat KW merebak?

Tak pernah saya mendengar atau membaca berita, ada keluhan dari para dokter tentang peredaran obat KW itu. Apalagi kalau membaca berita yang mengulas mafia obat secara indepth reporting, sungguh malaikat Berjubah Putih itu banyak yang ternyata telah mengenakan jubah warna abu-abu. Jangan sampai para malaikat berjubah putih (dokter), berubah menjadi malaikat tidak berjubah lagi. Artinya, kita membutuhkan dokter, butuh polisi, butuh aparat, butuh guru dan tukang cukur agar guru lelaki tidak pada gondrong. Tapi pihak yang paling dibutuhkan adalah orang jujur.

Saking stresnya menghadapi kelakuan polisi, sampai-sampai mantan Presiden Gusdur berkelakar, hanya ada tiga polisi yang jujur di Indonesia. Pertama adalah Jenderal Hoegeng, mantan Kapolri yang ketika selesai menjabat, ternyata ia tidak punya rumah pribadi, dan pergi dari rumah dinas dengan mengendarai speda ontel ke rumah kontrakan. Jujur, saya menangis ketika membaca kisah Jenderal Hoegeng itu.

Kedua adalah patung polisi yang suka ada di pinggir jalan.

Ketiga adalah polisi tidur. Artinya, Gusdur ingin mengatakan betapa aparat berbaju coklat itu dipertanyakan kredibilitas dan integritasnya.

Kita butuh dokter yang jujur. Jika berhadapan dengan mafia obat dan obat palsu diam saja, sekarang ini waktunya dokter silakan mengeluh sepuas-puasnya. Tapi usahakanlah tidak stres, karena hal itu malah bisa membuat dokter yang terkena dewa-19, eh covid 19-ketang.

Obat stres itu, seperti kata dokter yang merawat saya tanpa membawa obat tablet maupun kapsul, adalah dengan senyuman seraya menyadarkan pasien dan diri sendiri, bahwa kita sedang diuji, beneran kamu cinta?***

Doddi Ahmad Fauji, Ketua SC Asosiasi Penerbit Nusantara

Respon (140)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *