ZONALITERASI.ID – Pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir pada kuliah umum di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Selasa 5 Juli lalu, mendapat tanggapan dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Republik Indonesia, Muhamad Abdul Muhtar.
Pada kesempatan itu Erick Thohir mengajak mahasiswa tidak hanya sibuk di pergerakan tetapi harus mampu mengisi peluang-peluang yang ada untuk menghadapi tantangan masa depan.
“Ucapan Erick tersebut bukan tanpa sebab. Ia memaparkan potensi Indonesia untuk menjadi negara besar dan maju. Terlebih, pertumbuhan ekonomi di Tanah Air diproyeksi rata-rata 5% pada 2045,” kata Muhtar, dikutip dari Mediaindonesia.com, Senin, 11 Juli 2022.
Menurut Muhtar, yang dikatakan Erick Thohir mengenai hal tersebut sudah tepat. Karena, sebagai subjek pembangunan dan menjadi agen perubahan untuk bangsa Indonesia, mahasiswa memiliki tanggung jawab yang sangat besar.
“Apalagi bangsa kita memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah. Jadi kita harus berpikir maju,saling berkolaborasi demi kemajuan Bangsa Indonesia ke depan,” ujarnya.
Ia mengatakan, tidak ada kata yang salah dalam ucapan Erick Thohir karena dalam kesempatan itupun dijelaskan mengenai 5 tren disrupsi global yang harus siap dihadapi Indonesia untuk mewujudkan Indonesia 2045. Lima tren disrupsi global tersebut meliputi geo-ekonomi, demografi, lingkungan, teknologi, dan kesehatan.
“Jadi kita juga harus bisa memahami materi yang di sampaikan Erick Thohir secara menyeluruh agar bisa dapat kita fahami subtansinya,” terangnya.
Muhtar menambahkan, waktunya untuk kita melompat bersama dan menjadi bagian dari solver (penyelesai masalah).
“Saya yakin penyelesaian masalah bangsa ini pasti butuh kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, terutama mahasiswa sebagai ujung tombak dari wajah Indonesia ke depan. Dan juga harapannya bisa menggerakkan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.
Diketahui, dalam kuliah umum itu Erick Tohir mengungkapkan, tantangan untuk generasi saat sekarang tentu bukan sibuk di pergerakan, tetapi harus sibuk mengisi peluang-peluang yang ada dengan pendidikan, profesionalisme, dan juga sebagai pengusaha baru Indonesia.
“Jangan hanya sibuk pergerakan. Sudah waktunya hari ini kalian semua mengisi, karena lihat nanti di Indonesia itu jumlah penduduknya 318 juta, middle class-nya, kelas menengahnya 223 juta, ini besar sekali,” kata Erick.
Selain itu Erick juga menjelaskan tentang potensi ekonomi digital Indonesia (EDI) yang sangat besar karena saat ini, kontribusi EDI terhadap produk domestik bruto (gross domestic product/GDP) pada level 4% dan diproyeksikan menjadi 18% pada 2030. Menurut dia, Indonesia memerlukan 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi (tech-savvy).
“Universitas diharapkan dapat mendorong pengembangan pendidikan dalam memenuhi kebutuhan tersebut,” kata Erick. (des)***