Filosofi Oh Yes, Oh No!

3793
(Ilustrasi: Istimewa)

Oleh Dudung Nurullah Koswara

KEBANYAKAN orang cenderung mengeluh. Bahkan mengalah dan lelah sebelum sampai pada tujuan. Dalam teori populer ada istilah orang bertipe kepribadian Quitters, Campers, dan Climbers.

Kebanyakan kita tipe quitters dan camper. Hanya sedikit yang climber. Itulah yang menyebabkan hanya sedikit orang-orang yang mencapai puncak terbaik dalam hidupnya.

Kepribadian quitters cenderung menghindar dan berhenti untuk melakukan sesuatu. Kepribadian campers menolak untuk lakukan sesuatu bagi pengembangan dirinya. Zona nyaman yang sangat tinggi membuatnya enggan untuk berjuang.

Kepribadian climber, paling optimis. Orang dengan jenis kepribadian ini enggan mundur dalam perjuangan. Tekadnya adalah untuk berjuang hingga puncak kesuksesan.

Hidup memang punya ceritanya sendiri. Setiap orang punya kisah unikasi sendiri. Semua orang pada hakekatnya akan mengalami kehidupan yang sama. Ada tantangan ada cara menaklukan tantangan. Sejumlah kelok kehidupan akan dialami. Ada orang yang bunuh diri karena tak kuat menghadapi hidup. Ada pula orang malah sangat tertantang menghadapi rintangan dan ujian kehidupan.

Hidup sebenarnya bisa lebih baik bila kita punya filosofi “Oh Yes, Oh No”.
Apa itu filosofi Oh Yes Oh No? Filosofi Oh Yes Oh No adalah sebuah prinsip dalam menghadapi kehidupan. Apa pun tantangan kehidupan simpulkan sebagai oh yes. Berpikir positif, jernih, dan cerdas mengambil makna dari setiap tantangan. Semua tantangan pada hakekatnya adalah tangga ibadah kita kepada Yang Maha Kuasa.

Orang yang banyak Oh Yes artinya berpikir positif. Sebaliknya kita pun harus berprinsip Oh No!

Apa itu oh no? Artinya katakan tidak pada segala hal yang tak sehat. Katakan tidak pada setiap kemalasan, ketidakbelajaran, pesimisme, dan pikiran negatif.

Filosofi Oh Yes, Oh No! Memang mudah diteorikan, namun prakteknya agak sulit atau sangat sulit. Kebanyakan orang hanya Oh Yes pada hal baik-baik saja atau hal yang enak-enak saja. Kebanyak Oh No pada setiap kesulitan atau zona tidak nyaman.

Orang-orang “gila” yang menyukai tantangan malah Oh Yes pada zona tak nyaman. Mereka malah Oh Yes pada hinaan, cacian, dan pelecehan dari orang lain. Semunya dijadikan cambuk dan dianggap Oh Yes.

Orang yang Oh Yes, Oh No adalah kepribadian claimber. Si Claimber selalu melihat peluang di balik kesulitan dan tantangan. Ia berpikir selalu ada “udang dibalik batu” artinya ada berkah dibalik “batu” tantangan.

Tipe claimber yang selalu Oh Yes pada setiap tantangan dan Oh No pada setiap hal yang tak sehat dan pesimistik.

Ada ungkapan bila sebuah benda harus pecah dalam pukulan ke 100 maka pukulan ke 50 atau 99 tidak akan membuatnya pecah. Maka untuk “memecahkan” misteri kehidupan teruslah mendaki, teruslah “memukul” bahkan bila perlu pukul sampai 101 kali. Intinya jangan pernah berhenti. Terus belajar, terus berikhtiar dan tentu akan lebih wow bila dibantu bangun malam.

Manusia-manusia bertipe Oh Yes dalam menghadapi kehidupan akan jauh lebih banyak senyum dan segar. Ia akan selalu Oh Yes pada tantangan dan ia akan selalu Oh No pada kemalasan dan godaan Syeitan yang terkutuk.

Godaan syeitan paling terkutuk adalah kemalasan dalam bekerja, belajar, dan meningkatkan kemampuan diri. Pada dasarnya tidak ada manusia yang bodoh dan gagal. Tuhan ciptakan semua manusia untuk sukses. Hanya saja kebanyakan manusia merasa tak mampu, tidak akan bisa dan mengalah sebelum waktunya.
Hanya orang-orang “gila” yang tak pernah mau mengalah dan menyerah. Bagaikan naik panjat pinang. Selalu ada satu orang paling duluan naik ke atas. Itulah orang yang selalu Oh Yes dan Oh No dalam menghadapi dinamika tantangan kehidupan.

Tantangan pada hakekatnya adalah “momentum” dengan segala babak belurnya. Bahkan petinju juara dunia selalu mendapatkan pukulan yang bisa menyobek pelipisnya dan tidak sedikit mereka pernah KO dan terkapar. Sobek, KO adalah satu paket dengan sabuk juara yang didapatkan. Plus ciuman mesra para gadis seksi di sampingnya.

Teruslah mendaki, pemandangan luas yang utuh hanya dapat dilihat dari atas. Ciuman hanya bagi Sang Juara! Oh Yes … ouh no!***

Penulis adalah Ketua DPP Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia.