ZONALITERASI.ID – Fina Zakiyatun Nufus, alumnus Universitas Negeri Malang (UM) telah membuktikan bila keterbatasan fisik bukan jadi penghalang untuk mewujudkan mimpi kuliah hingga ke Inggris. Meski harus menggunakan kursi roda, Fina panggilan akrabnya, kini berstatus mahasiswa di University of Sheffield, Inggris.
“‘Jangan takut untuk bermimpi, karena ketakutan dan kurangnya rasa percaya diri jadi pembatas kesuksesan’. Itulah mantra yang saya pegang teguh dalam menjalani kehidupan,” kata Fini, dilansir dari laman Universitas Negeri Malang, Minggu, 17 November 2024.
Di University of Sheffield, Inggris, Fina memilih melanjutkan studi di jurusan Language and Education dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Perjuangannya untuk sampai ke Inggris bukanlah hal mudah. Bahkan, ia rasakan sejak berstatus mahasiswa S1 di UM, terutama terkait mobilitas.
“Banyak tantangan yang saya hadapi, terutama fasilitas di UM saat itu belum memadai. Setiap kali kelas berpindah, saya harus meminta agar kelas dipindah ke lantai bawah. Namun saya tidak menyerah. Alhamdulillah semuanya terbayar manis. Saya lulus dari UM dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,95,” ucapnya.
Fina menyebutkan, proses mewujudkan mimpi kuliah di Inggris dimulai kala pertengahan pandemi Covid-19. Ia memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan tes TOEFL dan mengurus aplikasi beasiswa LPDP.
“Prosesnya cukup panjang, dari persiapan TOEFL, menulis esai, hingga melamar ke beberapa kampus di Inggris dan Australia,” sebutnya.
Fina melamar ke empat kampus dunia. Namun, akhirnya ia memilih University of Sheffield dengan pertimbangan program yang sesuai, yakni jurusan Language and Education.
Dalam program studi ini, Fina belajar lebih mendalam tentang pendidikan bahasa yang inklusif untuk disabilitas. Setelah lulus, ia berucap akan kembali ke Tanah Air dan menjadi dosen Bahasa Inggris, serta penulis.
“Saya ingin menjadi dosen Bahasa Inggris dan menulis artikel tentang aksesibilitas di Indonesia,” cetusnya.
Meski penuh keterbatasan, Fina akan terus melangkah maju dengan penuh rasa percaya diri. Perjuangan ini juga dilengkapi dengan dukungan moral dari keluarga dan dosen-dosennya.
“Ibu selalu menyemangati dan percaya pada mimpi-mimpi saya. (sehingga) jangan takut bermimpi, yang membatasi kita adalah ketakutan dan kurangnya percaya diri,” pungkas Fina. (des)***