Guru adalah Petani

WhatsApp Image 2020 12 05 at 21.09.48 1 1 548x300 1
Rudianto, (Foto: Dok. Pribadi).

Memaknai Hari Guru 2021 dalam Gegap Guru Penggerak

Oleh Rudianto, M.Pd.

Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Itulah salah satu nasihat Ki Hadjar Dewantara (KHD) untuk para guru yang mulia. Pernyataan ini cukup mudah diucapkan dan diingat, tetapi lumayan sulit untuk dilakukan. Pernyataan ini menuntun guru untuk menjadi pendidik yang profesional.

Seperti apakah guru yang profesional menurut kerangaka KHD?

Mari kita coba paparkan guru profesional menurut KHD sesuai nasihat di atas! Paparan ini akan kita analogikan guru sebagai petani.

Anak (peserta didik) kita ibaratkan sebagai benih pohon mangga. Saat benih pohon mangga baru tumbuh, semuanya tampak sama. Mereka seragam. Mereka setara. Mereka memiliki kesempatan yang sama. Kemudian benih mangga itu oleh kita, petani, ditanam pada kebun yang sudah disediakan. Kebun yang sama. Ukuran galian lubang yang sama. Jumlah pupuk dengan komposisi yang sama. Setelah beberapa bulan, mereka tumbuh.

Pertanyaannya apakah pertumbuhan mereka akan sama?

Pertumbuhan mereka tentu akan berbeda. Apa yang menyebabkan pertumbuhan mereka berbeda? Pupuk, air, udara, sinar matahari, posisi menanam benih, komposisi campuran tanah dan pupuk, hama, penyakit, bibit keturunannya, dan yang lainnya tentu akan menyebabkan mereka tumbuh berbeda. Pohon mangga yang tumbuh subur karena semuanya pas dan sesuai. Sementara yang mendapatkan perlakuan tidak pas dan tidak sesuai akan mengalami kendala dalam pertumbuhannya.

Kalau hal di atas diibaratkan dengan anak, mereka terlahir sama. Mereka memiliki potensi. Mereka memiliki peluang. Mereka memiliki kesempatan dan hak yang sama. Lalu mereka masuk ke dalam sekolah yang sama, kelas yang sama, guru yang sama, kurikulum yang sama. Setelah lulus, apakah hasilnya akan sama? Tentu saja akan berbeda.

Apa yang membuat mereka berbeda? Jangan lupa, mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka memiliki potensi yang berbeda. Mereka memiliki visi yang berbeda dalam hidupnya. Mereka memiliki lingkungan yang berbeda.

Lalu setelah pohon mangga itu berumur, mereka mulai berbunga. Kemudian petani berharap dia mendapatkan untung banyak. Saat itu buah yang sedang mahal harganya adalah durian. Bisakah petani memberikan perlakuan khusus kepada pohon mangga tersebut agar menghasilkan buah durian? Tentu saja hal ini juga tidak bisa.

Hal ini juga sama pada diri anak-anak kita. Begitu mereka terlahir ke bumi, mereka sudah memiliki kodrat. Tugas kita, guru, adalah menjaga kograt itu tetap tumbuh. Bahkan guru yang mulia adalah guru yang mampu membuat kodrat itu tumbuh sangat subur.

Siapa guru mulia tersebut? Dia adalah guru yang mengajar dengan hati. Guru yang menghamba kepada anak. Guru yang melakukan segalanya demi anak. Untuk bisa melakukan itu semua guru harus memahami siapa anaknya.

Adakah  guru yang memiliki kemampuan untuk melakukan itu? Siapa guru menurut KHD?

Pepatah lainnya dari KHD adalah Semua Orang Murid, Semua Orang Guru, dan Semua Tempat Sekolah. Maksud dari semua orang guru adalah pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah. Pendidikan seorang anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah (di dalam pemerintah ada unsur guru di sekolah).

Makna dari semua orang guru adalah semua orang di sekitar kehidupan anak menentukan akan menjadi “buah” apa anak tersebut kelak.

Orang tua di rumah adalah guru yang pertama dan utama. Mereka adalah pembentuk karakter anak. Mereka tentu akan mengajar dengan hati. Mereka akan menghamba kepada anak. Mereka akan melakukan segalanya demi anak. Mereka sangat paham siapa anaknya.

Apakah semua orang tua seperti ini? Bagaimana dengan orang tua yang bekerja? Bisakah peran orang tua digantikan oleh asisten rumah tangga (pengasuh)? Tentu saja hasilnya akan berbeda. Peran orang tua sebagai guru tidak bisa digantikan oleh siapapun termasuk oleh pengasuh.

Masyarakat di sekitar anak adalah guru. Mereka adalah model kehidupan anak. Anak akan meniru dan terpengaruh oleh kehidupan orang-orang di sekitarnya. Apakah mereka mampu menjadi petani yang memelihara pohon mangga dengan hati, paham siapa anak, dan menghamba kepada anak? Perlu diingat, pada zaman sekarang, anak usia sekolah lebih lama hidup di tengah-tengah masyarakat. Tentu saja kita tahu apa yang diajarkan oleh masyarakat kepada anak.

Guru di sekolah adalah guru ilmu. Mereka adalah penyeimbang. Merekalah yang menghubungkan antara keluarga dengan masyarakat. Merekalah yang mengkontruksi pemahaman kehidupan. Sementara yang mengisi kehidupan adalah orang tua dan masyarakat.

Guru di sekolah adalah salah satu petani yang menentukan akan tumbuh seperti apa anak. Guru tidak bisa menetukan akan tumbuh menjadi apa anak sebab anak sudah memiliki kodratnya sendiri. ***

Penulis adalah Fasilitator Nasional Guru Penggerak yang bekerja sebagai Pengawas Disdik Kabupaten Cirebon.