ZONALITERASI.ID – Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. Isah Cahyani, M.Pd., mengungkapkan, transformasi pembelajaran menulis di era digital adalah sebuah langkah besar dalam mempersiapkan generasi masa depan yang berwawasan, berkarakter, dan bertanggung jawab.
“Seiring dengan perkembangan teknologi dan kompleksitas sosial yang meningkat, keterampilan menulis yang terintegrasi dengan teknologi digital menjadi salah satu investasi paling berharga untuk masa depan,” kata Prof. Isah Cahyani, pada Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, di Gedung Achmad Sanusi UPI, Selasa, 3 Desember 2024.
“Kita berada di tengah revolusi digital yang membuka banyak peluang, tetapi juga membawa tantangan. Pendidikan literasi menulis digital memungkinkan kita memanfaatkan peluang ini dan menghadapi tantangan dengan cara yang membangun peradaban yang lebih baik,” sambungnya.
Menurut Prof. Isah Cahyani, dengan hadirnya teknologi digital, paradigma pembelajaran telah bergeser ke pendekatan yang lebih interaktif dan berbasis pengalaman. Di tengah kemudahan akses informasi, terdapat tantangan dalam membangun karakter yang kuat di kalangan siswa.
Dalam konteks ini, lanjutnya, pembelajaran menulis tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai medium untuk menanamkan nilai-nilai karakter, seperti tanggung jawab, empati, dan kreativitas.
“Dengan menulis, siswa dapat merenungkan ide-ide dan nilai-nilai yang penting bagi perkembangan pribadi dan sosial mereka,” terangnya.
Mengkomunikasikan Ide secara Efektif dan Etis
Prof. Isah Cahyani menuturkan, dengan integrasi teknologi, pembelajaran menulis menciptakan generasi yang tidak hanya mampu mengolah informasi, tetapi juga mengkomunikasikan ide-ide mereka secara efektif dan etis.
“Literasi menulis digital juga memberi siswa bekal untuk menghadapi dunia di mana data dan informasi terus bergerak dengan cepat. Mereka mampu menyaring informasi, memahami konteks, dan berkomunikasi dengan etika yang tepat di dunia digital, yang penuh dengan tantangan seperti hoaks, disinformasi, dan etika berkomunikasi online,” katanya.
Selanjutnya Prof. Isah Cahyani mengatakan, pembelajaran menulis berbasis kolaborasi, seperti melalui proyek blog atau digital storytelling, mengajarkan keterampilan kerja sama yang kuat, memupuk empati, dan menumbuhkan sikap saling menghargai.
Siswa dilatih untuk mendengarkan pandangan orang lain, menyusun argumen yang konstruktif, dan bekerja sebagai bagian dari tim, sebuah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam lingkungan kerja modern yang dinamis.
“Dengan menanamkan keterampilan menulis yang kritis, kolaboratif, dan bertanggung jawab, kita menyiapkan generasi yang siap menghadapi berbagai tantangan masa depan. Generasi ini tidak hanya kompetitif dalam tingkat global tetapi juga beretika dalam perannya sebagai warga dunia,” katanya.
“Hal ini menjadikan pembelajaran menulis bukan hanya keterampilan praktis, tetapi juga fondasi karakter dan peradaban yang lebih maju, beradab, dan inklusif. Dengan demikian, literasi menulis yang terintegrasi dengan teknologi digital adalah investasi nyata untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,” tambah Prof. Isah Cahyani.
Pembelajaran menulis yang dikembangkan dengan literasi digital, tambah Prof. Isah Cahyani, tidak hanya mencetak individu yang cakap secara akademik, tetapi juga pribadi yang bijak dalam mengambil keputusan dan beretika dalam interaksi digital.
“Sebagai pendidik, orang tua, pembuat kebijakan, dan anggota masyarakat, peran kita adalah memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses ke pembelajaran menulis yang relevan dan bermakna. Kita semua bertanggung jawab dalam membentuk generasi yang mampu berpikir kritis, berkolaborasi dengan baik, dan berkontribusi secara positif di masyarakat,” tandasnya. (des)***