ZONALITERASI.ID – Hari Literasi Internasional (International Literacy Day/ILD) atau lebih sering kita sebut sebagai Hari Aksara Internasional (HAI) diperingati setiap tanggal 8 September. HAI mulanya merupakan hari yang diumumkan oleh salah satu Badan PBB, UNESCO pada 17 November 1965 sebagai peringatan untuk menjaga pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat dunia pada umumnya. Setiap tahun, UNESCO mengingatkan komunitas internasional untuk selalu dalam kegiatan belajar sepanjang hayat. HAI diperingati di seluruh dunia setiap tanggal 8 September untuk mengingatkan pentingnya keberaksaraan untuk kemajuan kehidupan.
Di Kota Banjar, HAI tahun 2025 antara lain dimanfaatkan oleh SMA Negeri 1 Banjar (SMANSA) untuk meluncurkan buku antologi karya para siswanya. Buku yang diluncurkan selepas Upacara Senin Pagi, 8 September 2025, ini berjudul “Ragam dan Dimensi Konflik: Solusi Alternatif Perspektif Pelajar” yang diterbitkan oleh Yayasan Ruang Baca Komunitas (YRBK). Peluncuran buku dipandu langsung oleh Plt. Kepala SMAN 1 Banjar, Bambang Sukarsono, S.Pd., M.Pd. yang sekaligus juga memberikan Kata Pengantar dalam buku ini.
Peluncuran secara simbolik ditandai dengan penyerahan buku dari Plt. Kepala Sekolah kepada sejumlah Penulis, yaitu Adinda Zahra Sofiantima, Bilqis Chelsea Firnanda, Dzikri Muhammad Taufiq, Keisha Siti Latifah Kirana, Nisrina Nabila Herdiman, Rheisya Zahran Mahendrik, Syifa Alifa Bilbina, serta dua orang guru yang menjadi editornya yakni Haris Fauzi, S.Sos. dan Siti Maroah, S.Sos.
“Karya buku ini menjadi simbol kebanggaan sekolah kita dan diharapkan dapat menjadi pendorong bagi siswa maupun guru untuk terus berkarya,” ucap Plt. Kepala SMAN 1 Banjar, Bambang Sukarsono.
Ia menuturkan, dalam era globalisasi yang semakin kompleks, konflik menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika kehidupan sosial dan politik. Konflik dapat muncul dalam berbagai bentuk dan dimensi, mulai dari konflik interpersonal hingga konflik berskala besar yang melibatkan berbagai pihak.
“Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang ragam dan dimensi konflik menjadi sangat penting, terutama bagi pelajar yang akan menjadi pemimpin dan agen perubahan di masa depan,” tambah Bambang.
Senada dengan itu, Pendiri YRBK, Sofian Munawar, mengungkapkan, konflik merupakan hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan manusia. Karena sudah menjadi sunnatulloh, konflik bukan sesuatu yang harus dihindari, namun bagaimana kita menyiapkan manajemen konflik yang baik. Dengan begitu, kita mampu menyusun langkah-langkah, menyiapkan beragam skenario dan sejumlah upaya kreatif sebagai solusi alternatif untuk menghadapinya.
“Kemampuan manajemen konflik yang baik tentu dapat dipersiapkan sejak dini, karena itu upaya para pelajar menuliskan buku ini dapat menjadi pembelajaran yang sangat positif, membiasakan diri untuk menumbuhkan kemampuan dalam memetakan persoalan secara brilian,” ujar Sofian. (dac)***





