‘Hear Me’, Aplikasi untuk Tunarungu Karya Mahasiswa ITB

FOTO PK 7
Mahasiswa SBM ITB berhasil membuat aplikasi Hear Me untuk membantu penyandang tunarungu saat berkomunikasi dengan orang normal, (Foto: Humas ITB).

ZONALITERASI.ID – Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB berhasil membuat aplikasi Hear Me untuk membantu penyandang tunarungu saat berkomunikasi dengan orang normal.

Aplikasi yang diciptakan oleh empat mahasiswa SBM ITB, yakni Athalia Mutiara Laksmi, Safirah Nur Shabrina, Octiafani Isna Ariani, dan Nadya Sahara Putri ini memiliki cara kerja praktis.

Untuk menggunakan aplikasi, tinggal merekam suara di dalam aplikasi saat berkomunikasi dengan tunarungu. Lalu aplikasi akan mengolah suara tersebut menjadi bahasa isyarat lewat animasi.

“Aplikasi ini hadir sebagai solusi untuk memfasilitasi komunikasi antara pendengar dan penyandang tunarungu. Nantinya tidak akan ada kesenjangan dalam komunikasi, mengurangi diskriminasi, menyediakan fasilitas ramah-disabilitas, dan akan meningkatkan hak yang sama bagi para penyandang disabilitas,” kata CEO Hear Me, Athali Mutiara Laksmi, dikutip dari laman ITB, Rabu, 19 Januari 2022.

Melalui aplikasi tersebut, Athalia dkk berhasil mendapatkan berbagai penghargaan. Seperti pada ajang Swiss Innovation Challenge mereka meraih peringkat kedua.

Lalu, pada Bandung Pitching Days memenangkan kategori Inovasi Terbaik. Terakhir, menjadi pemenang The Diplomat Success Challenge (DSC) X 2019.

Menurut Athalia, keikutsertaannya dalam berbagai kompetisi dipicu keinginan mereka untuk mendapatkan modal untuk bisnis, menambah hubungan, menambah pengalaman, menambah pengetahuan, dan wawasan untuk bisnis masa depan.

Salah satu kompetisi yang berkesan bagi mereka adalah saat mengikuti DSCX 2019. Itu merupakan kompetisi yang memberikan peluang bagi anak muda Indonesia yang berani menjadi wirausahawan untuk mendapatkan hibah modal usaha total Rp. 2 miliar, bantuan, dan pendidikan.

Dalam mengikuti kompetisi ini, Athalia belajar menjadi pembelajar yang cepat dan harus berjuang keras dalam menyelesaikan tantangan.

“Kami harus bersaing dengan 12.000 peserta DSCX lain dengan tahapan lomba yang cukup sulit. Setiap malam harus mengevaluasi dan menerapkan materi yang diterima hari itu dan selalu latihan presentasi setiap saat. Yang pasti kami bersyukur, bangga, dan lega. Kerja keras kami berhasil. Kami bisa mendapatkan hadiah pendampingan dua tahun dan hibah Rp. 250 juta,” katanya.

Athalia berharap, aplikasi Hear Me bisa semakin berkembang di masa depan dengan modal yang telah mereka dapatkan dari menjuarai DSCX 2019.

“Kami ingin mewujudkan ide-ide untuk membantu para penyandang tunarungu dalam berkomunikasi dengan orang normal,” pungkas Athalia. (haf)***

Respon (178)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *