Oleh Suheryana
APAKAH hari ini bahagia? Apakah hari ini tidak bahagia? Apakah besok bahagia? Bagaimana Selasa, Rabu, Kamis, Minggu depan?
Seorang Religis bertanya. Dan apakah sumber kebahagiaan. Kita berpikiran bahwa kita bahagia kalau respons orang lain baik, keadaan baik, sekeliling baik.
Betapa rentan, kalau kebahagiaan bergantung pada atau bersandar pada kondisi di luar diri. Kalau kebahagiaan bergantung pada penilaian, pendapat, dan harapan orang lain. Betapa susah mencapai kebahagiaan.
Maka jawaban sederhananya, kebahagiaan sejatinya bergantung pada dan ditentukan oleh pikiran dan perasaan sendiri. Bersihkan pikiran, bersihkan hati, dan buang hal-hal yang menghambat kebahagiaan.
Sesungguhnya kebahagiaan adalah sikap, tindakan, pikiran, perasaan. Maka luruskan pikiran dan perasaan dengan qonaah. Menerima kehidupan apa adanya. Miskin, kaya, pejabat, rahayat, cerdas, bodoh, tinggi, pendek, ganteng, jelek, kurus, gembrot, adalah kondisi yang harusnya diterima. Dengan penerimaan yang benar, yang menyejukkan hati dapat berfokus pada perbaikan diri tanpa beban. Menyadari kebodohan membawa ke ketekunan belajar. Menyadari kemiskinan berdampak pada kegigihan bekerja. Tanpa kebencian.
Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Jangan menjadi bayang-bayang. Setiap orang harus mandiri dengan dirinya. Kedirian adalah unik. Berbeda dengan orang adalah kelebihan. Mengejar self actulization, menjadi fully functioning person lebih berharga dibanding hasrat untuk menjadi sama dengan seseorang.
Kebahagiaan adalah rasa syukur terhadap kondisi apapun. Setiap kondisi adalah realitas. Dan penolakan terhadap realitas adalah penderitaan. Rasa syukurlah yang membuat diri menjadi nyaman. Maha Pencipta menganugerahkan sesuatu, dan sesuatu itu harus disyukuri. Ada nilai lebih pada setiap kondisi, walaupun ada kekurangan pada kondisi tersebut. TETAPI sekali lagi berfokus pada kekurangan adalah penderitaan. Unhappines. Bersyukur dengan keadaan adalah kebahagiaan. Happiness.
Kebahagiaan adalah prilaku baik. Tindakan baik. Gaya hidup yang baik. Kerja yang baik. Istirahat yang baik. Makan yang baik. Bergaul yang baik.
Menolong sesama. Tidak iri, dengki, dan tidak ghibah.
Nilai-nilai dalam keislaman adalah sumber kebahagiaan bagi orang-orang yang belajar. ***
Suheryana, Asisten Administrasi Umum Pemerintah Kabupaten Pangandaran.