ZONALITERASI.ID – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Program Studi Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas di Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UPI, Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A., menjelaskan, salah satu program unggulan UPI yang dikembangkan melalui Program Studi Pendidikan Khusus yaitu pengembangan inovasi dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS). Itu dilakukan lewat pengembangan berbagai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Sasaran dari program ini adalah guru, orang tua, dan penyandang disabilitas. Banyak remaja dengan disabilitas rentan mengalami masalah kesehatan reproduksi, pelecehan seksual, dan keterbatasan kognitif karena hambatan yang dimiliki. Hal tersebut harus dicegah dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif,” kata Prof. Didi Sukyadi, di Bandung, Jumat, 10 Januari 2024.
Ketua Program Studi Pendidikan Khusus FIP UPI, Dr. dr. Riksma Nurahmi, R. A., M.Pd., menuturkan, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk mengatasi tantangan yang sering dihadapi dalam pembelajaran kesehatan reproduksi dan seksualitas penyandang disabilitas.
Salah satu bentuk kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan yaitu mengadakan pelatihan inovatif penggunaan media Augmented Reality (AR) dalam pembelajaran pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS) serta pendampingan penggunaan modul digital interaktif dalam pemahaman kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak autis.
“Melalui media digital interaktif seperti Augmented Reality (AR) dan modul digital, pelatihan ini memberikan pendekatan yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan anak autis,” terangnya.
Sementara Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. Iding Tarsidi, M.Pd., menuturkan, kegiatan ini mengusung tema “Teknologi sebagai Dasar dalam Melakukan Pelatihan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas kepada Guru- guru di Sekolah Luar Biasa (SLB)”.
“Tujuan dari pelatihan adalah meningkatkan kompetensi guru sekolah luar biasa dalam menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) sebagai media pembelajaran. Teknologi ini sangat bermanfaat bagi guru saat menyampaikan materi atau topik kompleks tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas secara visual dan interaktif kepada siswa berkebutuhan khusus,” jelasnya.
Pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat lainnya yang diketuai oleh Dr. Tati Hernawati, M.Pd., diselenggarakan pelatihan Model In-On-In dalam mengimplementasikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) bagi guru Sekolah Luar Biasa.
Menurut Tati, kegiatan tersebut diadakan dalam model In-On-In yang melibatkan pelatihan intensif di kampus UPI (Tahap In), penerapan di lapangan dengan pendampingan (tahap On), dan diskusi evaluatif hasil lapangan (Tahap In) untuk menyempurnakan strategi pembelajaran.
Materi yang diajarkan meliputi anatomi organ tubuh manusia, perbedaan pubertas pada laki-laki dan perempuan, spektrum autistik, kesehatan reproduksi, pendidikan kesehatan reproduksi.
“Tujuan pelatihan ini adalah memberikan pemahaman guru mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada materi anatomi tubuh, pubertas, dan kekerasan berbasis gender,” ujarnya.
Kolaboratif UPI dengan Mitra
Ketua Program Studi Pendidikan Khusus, Riksma Nurahmi, menjelaskan, Pengabdian kepada Masyarakat ini merupakan bagian dari tanggung jawab serta upaya kolaboratif UPI dengan berbagai mitra untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia.
Selain itu, memberikan aksesibilitas layanan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas bagi penyandang disabilitas.
“Hasil yang diharapkan yaitu mampu meningkatkan keterampilan guru dalam mengajarkan materi yang kompleks dan sensitif,” ucapnya.
Selanjutnya Riksma menyebutkan, Pengabdian kepada Masyarakat ini memberikan manfaat antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman kesehatan reproduksi anak autis bagi guru,
2. Memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para guru dalam menggunakan modul digital interaktif yang dirancang khusus untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai kesehatan reproduksi anak autis.
3. Membantu para guru dalam mengatasi tantangan pembelajaran mengenai pubertas pada anak berkebutuhan khusus.
4. Membantu para guru dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan khusus anak autis, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan anak-anak autis.
“Keberhasilan Pengabdian kepada Masyarakat ini memerlukan dukungan dari semua pihak. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mendukung terlaksananya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang seringkali masih menghadapi kendala dan tantangan-tantangan dalam mengajarkan kesehatan kepada siswa berkebutuhan khusus,” ucapnya.
Riksma menambahkan, dengan meningkatnya pemahaman, kompetensi, dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan khusus siswa berkebutuhan khusus baik menggunakan teknologi digital ataupun materi kesehatan reproduksi, para guru dapat lebih percaya diri dan terampil dalam mengelola pembelajaran yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualitas. Pada akhirnya, langkah ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup siswa berkebutuhan khusus.
“Program pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan menjadi langkah awal menuju implementasi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang lebih baik dan inklusif di Indonesia,” pungkasnya. (des)***