Wahai
Diri-diri yang mulia dengan cita
Jiwa-jiwa yang sahaja dengan cinta
Letupkan bara semangatmu berkarya
Wujudkan mimpi indahmu yang nyata
Ketika engkau lelah meniti hari-harimu
Ingatlah … Allah tak pernah lelah menjagamu
Ketika engkau tulus menebar manfaat untuk sesamaAllah memanggilmu sebagai insan mulia
DR. BUNYAMIN E. MAYS, Rektor Merehouse College, Georgia yang penulis kutip ulang dari Djawad Dahlan (2002:140) akan membuat kita tersentak “ kita memiliki orang-orang terdidik yang jauh lebih banyak sepanjang sejarah. Kita juga memiliki lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lebih banyak. Namun, kemanusiaan kita adalah kemanusiaan yang berpenyakit. Bukan pengetahuan yang kita butuhkan, kita sudah punya pengetahuan. Kemanusiaan sedang membutuhkan sesuatu yang spiritual”.[1]
Ungkapan Dr. Bunyamin tersebut, nampak nyata bahwa pendidikan sering hanya mengembangkan wawasan intelektual, dan orang-orang terdidik secara intelektual semata adalah output pendidikan. Sementara yang diharapkan adalah pendidikan yang juga mengembangkan aspek penghayatan moral dan keagamaan yang lebih mendalam. Sehingga hasil pendidikan pun adalah manusia utuh yang tidak pincang. Lantas sisi mana dari pendidikan yang harus dibenahi untuk bisa dijadikan kekuatan dalam menghasilkan output pendidikan yang benar-benar berkualitas? Tentunya tidak mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena persoalan pendidikan sangat kompleks. Namun, untuk menyikapi permasalahan tersebut, bimbingan dan konseling di sekolah sebagai salah satu komponen pendidikan dapat menjadi harapan. Pada umumnya di sekolah-sekolah menengah telah ada layanan bimbingan. Hal itu menjadi peluang yang bagus untuk dimanfaatkan. Bimbingan diupayakan untuk membantu peserta didik dalam menyiapkan diri menjadi manusia yang cerdas tanpa mengabaikan sisi iman dan takwa. Selain itu, bimbingan dan konseling di sekolah juga mesti ramah siswa, guru bimbingan dan konseling (BK) mesti mampu untuk membangun suasana hati yang menyenangkan. Sehingga siswa merasa nyaman, aman, terbuka dalam berekspresi dan berkreasi. Dengan proses bimbingan yang ramah siswa, maka bimbingan dan konseling turut mengambil peranan dalam menciptakan sekolah yang kondusif, aman, dan damai.
[pdfjs-viewer url=”https://zonaliterasi.id/wp-content/uploads/jurnal/ipah-latipah-inikah-hiasan-kepribadian-kita.pdf” viewer_width=100% viewer_height=700px fullscreen=true download=true print=true]