ZONALITERASI.ID – Muhammad Daffa Adiibah Sinapoy atau kerap dipanggil Daffa, menorehkan prestasi sebagai wisudawan S1 tercepat dalam waktu 3 tahun 1 bulan 14 hari, pada Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan 2024/2025 Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis, 21 November 2024.
Keberhasilan pria asal Sulawesi Tenggara itu dalam menyelesaikan studi dengan cepat tak lepas dari strategi belajar yang terarah. Ia memilih tema skripsi yang sesuai dengan minatnya, sehingga proses penulisan terasa lebih ringan.
“Manajemen waktu yang efisien juga menjadi kunci utama. Dengan membagi waktu secara proporsional antara akademik dan kegiatan lainnya, saya mampu menjaga keseimbangan hidup selama menjalani perkuliahan,” katanya, Jumat, 22 November 2024, dilansir dari laman UGM.
“Saya percaya bahwa skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Fokus utama saya adalah menyelesaikan apa yang sudah saya mulai,” sambung Daffa.
Perjalanan Akademik Penuh Warna
Daffa menuturkan, selama kuliah, perjalanan akademiknya penuh warna. Pandemi COVID-19 menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi. Situasi ini membuatnya ia harus kembali ke Sulawesi Tenggara, sementara teman-temannya berada di Yogyakarta. Meski rintangan menghadang, Daffa mampu menjaga fokus pada tujuannya. Ia percaya bahwa setiap hambatan adalah kesempatan untuk menjadi lebih kuat.
“Saya sempat merasa kehilangan informasi penting terkait kelas dan kegiatan. Namun, saya tetap proaktif mencari informasi dan menjaga komunikasi dengan teman-teman serta dosen,” ujarnya.
Selain menyelesaikan studi dengan cepat, Daffa juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan penelitian. Di Keluarga Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik (Gamapi), ia berkontribusi di Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa. Ia juga aktif di Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FISIPOL UGM serta menjabat sebagai Wakil Kepala Divisi Inkubasi dan Pengembangan Bisnis di Himpunan Pengusaha Muda PT UGM. Daffa berkontribusi dalam mengorganisir PIONEERS 1.0 (kompetisi bisnis tingkat nasional pertama yang diadakan oleh organisasi tersebut).
“Saya pun telah melakukan magang di lembaga-lembaga bergengsi, termasuk DPR RI Komisi X dan Sekretariat Negara Republik Indonesia sebagai analisis media dan pemantauan,” ucapnya.
Dalam bidang penelitian, ketertarikannya pada isu urbanisasi mendorongnya menggali lebih dalam tentang Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia melakukan wawancara dengan para ahli dan tokoh lokal untuk memahami dampak sosial dan lingkungan dari pembangunan tersebut.
“Salah satu yang paling berkesan adalah saat menjadi Bilateral Greeter di Paris Peace Forum. Saya berinteraksi langsung dengan kepala negara dan delegasi internasional, memperluas wawasan tentang diplomasi dan hubungan global,” ungkap Daffa.
Daffa juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pengabdian masyarakat. Selama KKN di Desa Moolo, Sulawesi Tenggara, ia memimpin program pelatihan konten digital untuk ibu-ibu PKK, pengelolaan media sosial desa, dan inisiatif digitalisasi pemerintahan desa melalui program Moolo 4.0.
“Pengalaman KKN ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana kontribusi kecil dapat memberikan dampak besar. Bahkan setelah KKN selesai, masyarakat desa masih sering menghubungi saya untuk berdiskusi tentang pengembangan desa,” katanya.
Setelah lulus, Daffa berencana melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sambil mencari peluang kerja yang relevan dengan bidang keahliannya. Ia bercita-cita bekerja di lingkungan multikultural yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.
“Fokus saya mencari peluang yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekaligus memperluas wawasan saya secara global,” ujarnya.
Keluarga dengan Latar Belakang Akademis
Daffa mengaku, orang tua adalah inspirasi terbesarnya dalam menyelesaikan studi. Ia memang lahir dan tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang akademis. Kedua orang tuanya adalah seorang dosen dan pegawai negeri sipil. Tak heran jika pendidikan selalu menjadi bagian penting dalam keluarganya.
“Saya sangat bersyukur lahir dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai pendidikan. Ayah dan ibu saya adalah akademisi di bidang hukum dan kebencanaan. Ayah saya merupakan lulusan Magister Hukum dari Universitas Gadjah Mada,” ujarnya penuh rasa bangga.
Tak hanya berkutat dengan kehidupan akademik, Daffa selalu menyempatkan waktunya untuk melakukan aktivitas lainnya seperti olahraga dan kegiatan spiritual. Ia kerap melakukan olahraga tenis dan sepak bola untuk membantunya menjaga kesehatan fisik sekaligus menghilangkan stres. Meluangkan waktu dengan teman dan keluarga juga penting baginya lantaran dukungan emosional sangat membantu menjaga semangat dalam menjalani studi.
Bagi mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan studi, Daffa memberikan pesan inspiratif. Menurutnya, sebagai mahasiswa tak perlu merasa takut apabila membuat kesalahan, karena itu adalah bagian dari pembelajaran. Ia berpesan agar mahasiswa tetap selalu konsisten, fokus, dan ingat bahwa dukungan dari teman, keluarga, serta pembimbing adalah aset penting yang bisa membantu mereka mencapai garis akhir.
“Enjoy the game! Yang terpenting, ingat bahwa skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Calm down, you are doing fine!” pungkasnya. ***