Keren, Mahasiswi FKIP Unpas Ini Jadi Duta Pendidikan Jabar

WhatsApp Image 2022 06 16 at 10.33.46 AM
Hasna Shofiyah, mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpas mendapat anugerah 1st Runner Up Putri Pendidikan Indonesia Jawa Barat, (Foto: Humas Unpas).

ZONALITERASI.ID – Prestasi gemilang diraih Hasna Shofiyah, mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pasundan (Unpas).

Tak main-main, Hasna mendapat anugerah 1st Runner Up Putri Pendidikan Indonesia Jawa Barat. Atas prestasinya, ia dinobatkan sebagai Duta Pendidikan Jabar.

Kini, Hasna tengah mempersiapkan diri melaju ke tingkat nasional dan internasional.

“Agustus mendatang, saya akan mengikuti karantina online, dilanjutkan karantina offline pada bulan berikutnya untuk persiapan di ajang nasional dan internasional. Selain mengimplementasikan program pendidikan, saya juga ingin mengangkat isu go healthy,” katanya, dikutip dari laman Unpas, Sabtu, 16 Juli 2022.

Ya, Hasna memang punya ketertarikan dan cita-cita berkecimpung di dunia pendidikan. Itu yang mendorongnya berpartisipasi dalam pemilihan Putra Putri Pendidikan Indonesia Jawa Barat.

“Menyandang gelar sebagai Duta Pendidikan Jabar tidak semata-mata untuk mencari benefit dan pengalaman pribadi. Benefit terbesar adalah ketika membuat orang lain bahagia dan yakin terhadap kemampuan dirinya,” ungkap Hasna.

Menyinggung visinya ke depan, Hasna menuturkan, ia ingin memaksimalkan sosialisasi program-program pemerintah dan memperbaiki aspek yang perlu ditingkatkan.

“Saya harap kontribusi saya dapat mengubah pola pikir masyarakat tentang membaca. Langkahnya sederhana, edukasi dulu lingkup-lingkup terkecil, entah melalui pemberian buku, workshop, webinar, atau cara lainnya. Realisasikan dengan baik mulai dari lingkungan sekitar supaya bisa meluas,” terangnya.

Advokasi lewat Vosil Datok

Menurut Hasna, minimnya tingkat literasi di berbagai pelosok daerah, banyaknya kasus buta huruf, dan kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak membuatnya tergerak untuk melakukan advokasi di sektor pendidikan lewat program Vosil Datok.

Advokasi yang diupayakan berupa program pemberian BLB (buku layak baca), pemerataan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan berkualitas sesuai tujuan SDGs keempat, dan edukasi kepada masyarakat.

“Untuk program edukasi, saya mencoba merambah seluruh lapisan umur, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, sampai lansia,” ujar Hasna.

Dikatakannya, Vosil Datok menjadi jembatan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Ia melihat, masalah pendidikan di Indonesia masih sangat kompleks. Bahkan, di lingkungan tempat tinggalnya banyak anak-anak yang baru bisa membaca di usia kelas 6 SD.

“Mirisnya lagi, di daerah pelosok, ada yang tidak tahu lagu daerah dan lagu nasional. Hal ini bisa jadi karena belum meratanya akses informasi dan minimnya pengetahuan siswa, pengajar, atau orang tua,” imbuhnya. (des)