DALAM kehidupan modern seperti sekarang ini, kita tidak bisa terlepas dari interaksi media sosial. Di antara sekian banyak jenis media sosial (medsos), WhatsApp atau WA merupakan sarana yang paling mudah diikuti dibandingkan dengan jenis medsos yang lain seperti Telegram, FB, Twitter, IG, dan Tiktok. Hampir semua kalangan mulai dari anak-anak hingga manula memiliki hp dengan aplikasi WA dan menjadi penggunanya. Maka merupakan suatu hal yang langka jika saat ini masih ada orang yang mengaku tidak memiliki WA sementara hp miliknya termasuk jenis android. Lain cerita jika hpnya merupakan jenis produk jadul yang sering dikenal dengan sebutan “cinitnit”. Hp jenis itu kini lebih sering dipakai untuk berjualan pulsa atau bisnis lainnya yang bertransaksi nonmedsos.
Interaksi dalam WA ada yang bersifat pribadi dan ada yang bersifat komunitas atau grup. Kontak antarpribadi sering dikenal dengan istilah japri atau jalur pribadi. Kontak dalam grup memiliki aturan tersendiri sesuai dengan pengaturan penanggung jawab grup atau admin. Tidak otomatis admin menjadi penanggung jawab grup. Boleh jadi penanggung jawab grup justru bukanlah admin. Admin berfungsi mengelola hal teknis dalam grup. Sedangkan penanggung jawab berfungsi menegakkan rule of law atau aturan main semacam norma yang mesti ditaati seluruh anggota grup. Contoh penanggung jawab dalam grup di sebuah kelas adalah wali kelas. Wali kelas bisa merupakan admin grup, bisa juga bukan. Bisa saja adminnya adalah salah satu murid kelas tersebut yang dipercaya membentuk grup. Namun yang ideal sdalah penanggung jawab grup merupakan admin atau termasuk salah satu admin grup tersebut.
Berdasarkan sifatnya, Grup WA bisa dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu:
1. Mengikat
Grup semacam ini mengondisikan anggotanya untuk mematuhi aturan dalam grup tersebut. Semua pengguna WA membutuhkan keberadaan grup mengikat ini dalam interaksi kehidupannya. Contoh yang termasuk grup mengikat adalah grup profesi, pekerjaan, organisasi, dan keluarga. Seorang pelajar yang baik tentu akan mengikuti grup yang mengikat yaitu grup kelas atau grup mata pelajaran. Tidak mengikuti grup WA ini berpotensi menimbulkan kerugian yang cukup berarti bagi seorang pengguna medsos baik secara pribadi maupun sosial. Responnya terhadap masalah yang dihadapi komunitas akan sangat lambat bahkan nihil sama sekali karena ketinggalan informasi. Anggota komunitas profesi atau keluarga yang tidak tergabung ke dalam grup terkesan kurang peduli sosial terhadap komunitasnya. Berbagai informasi dalam grup WA yang seharusnya tersampaikan akan menjadi terlewatkan karena yang bersangkutan berada di luar jangkauan penyampaian.
2. Agak Mengikat
Grup ini idealnya dipatuhi sebagaimana grup mengikat tetapi dalam kondisi yang lebih santai. Aturan grup ini lebih longgar daripada yang berlaku di grup mengikat. Tidak semua pengguna WA mesti punya grup seperti ini. Contoh grup agak mengikat adalah grup perkumpulan olahraga, pegiat hobi tertentu, pengajian, arisan, dan perkumpulan lainnya yang bersifat positif dan kreatif. Jika tidak memilIki grup ini, tidak berdampak langsung berupa kerugian yang cukup besar. Hanya saja pengguna WA yang tidak memiliki komunitas grup ini kurang akselerasi dalam menambah informasi dan wawasan. Sebaiknya setiap pengguna WA memiliki komunitas grup seperti ini demi memperluas wawasan dan relasi sosialnya.
3. Bebas
Grup bebas ini sifatnya boleh diikuti, boleh juga tidak. Grup ini memang bersifat bebas. Aturannya sangat longgar karena dibentuk untuk mencari suasana lain dari aturan rutin yang normatif. Tidak ada penangggung jawab yang jelas dan semua anggota tidak terbebani dengan aturan prosedural. Admin tidak menjadi penegak norma grup. Contoh grup ini adalah grup siswa sekelas tanpa wali kelas, grup guru dan tenaga kependidikan tanpa kepala sekolah, grup pegawai atau karyawan tanpa pemimpin formal mereka, grup alumni, dan grup kawan akrab atau teman-teman bermain. Jika kurang kedewasaan dari para anggotanya, grup seperti ini cenderung menjadi negatif. Obrolan di grup biasanya mengangkat tema humor. Namun selanjutnya sering tergoda untuk membicarakan kekurangan dan keburukan orang lain di luar grup tersebut. Ironisnya yang kerap kali disasar justru guru dan pemimpin formal mereka sendiri yang dianggap bersikap dan bertindak tidak memuaskan.
Cara menyikapi grup yang dianjurkan adalah:
1. Grup mengikat sangat dianjurkan diikuti seluruh anggota komunitas. Segala informasi yang disampaikan sangat penting bagi kelangsungan komunikasi dan interaksi anggotanya dalam kehidupan nyata. Tetaplah setia bersama grup profesi, pekerjaan, dan keluarga sampai tidak lagi menjadi bagian dari komunitas tersebut. Jangan keluar dari grup ini kecuali dikeluarkan oleh admin dan penanggung jawab grup atau karena sudah tidak lagi menjadi anggota komunitas tersebut.
2. Grup setengah mengikat sebaiknya diikuti karena banyak hal positif yang bisa didapatkan di sana. Bahkan dalam banyak hal grup ini lebih unggul daripada grup mengikat karena lebih bebas, lebih terbuka, lebih santai, lebih informatif, dan lebih kreatif. Sebaiknya tidak keluar dari grup ini apalagi dengan alasan yang kurang respek dan terkesan meremehkan misalnya sibuk dengan pekerjaan atau keluarga. Justru grup ini bisa berpotensi menjadi solusi alternatif dan informatif dalam menyelesaikan masalah urusan primer pekerjaan atau keluarga.
3. Grup bebas selama interaksi di dalamnya masih wajar dan positif, tetaplah diikuti. Jika sudah menjurus negatif, bersikaplah menjadi penyeimbang yang baik dan bijaksana. Bahkan boleh jadi di dalam grup tersebut kita menjadi profil penebar kebaikan dan kesejukan. Jika tidak mampu mengimbangi hal negatif dengan hal positif dan khawatir terbawa arus, keluar dari grup merupakan solusi.
Kejelian membaca situasi dan kondisi dalam interaksi pada grup WA sangat dibutuhkan. Sebaiknya kita dapat mengidentifikasi grup WA yang diikuti. Mampu bersikap baik dan benar dalam berinteraksi di grup WA akan menjadi nilai tambah pribadi kita. Segala tulisan dan pernyataan kita di medsos tersebut merupakan cermin kepribadian kita. ***
J.J. Rizal, Kepala SMP Negeri 3 Satu Atap Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.