KISAH pendidikan yang diterapkan oleh Luqmanul Hakim terhadap putranya diabadikan dalam QS. Luqman ayat 13 – 19. Kisah tersebut memberikan gambaran tentang model pendidikan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan dan menyeimbangkan seluruh potensi manusia. Dalam model pendidikan Luqman tergambar jelas tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan cara/pendekatan dalam praktik pendidikan. Model pendidikan Luqman hakikatnya dapat diterapkan dalam pendidikan di keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Namun sebelum mengkaji lebih dalam tentang model pendidikan Luqman, akan diperoleh gambaran yang utuh jika kita pun coba menelusuri sedikit profil tokoh pendidikan tersebut. Dengan demikian, kita akan mengetahui kekuatan yang dimiliki oleh seorang pendidik seperti Luqman dalam mendidik putranya.
a. Profil Luqmanul Hakim
Banyak yang mengatakan bahwa Luqman itu seorang Nabi. Tetapi berdasarkan hadits dari Ibnu Umar, ia berkata:
“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Luqman itu bukan Nabi akan tetapi beliau seorang hamba Allah yang sering melakukan tafakkur, memiliki kepastian hati, dan mencintai Allah lalu Allah mencintainya kemudian Allah berkenan melimpahkan hikmah kepadanya sebagai pemimpin yang menghukumi secara benar.”
Lukman seorang yang shaleh, karena keshalehan dan keteguhan imannya, maka ia dianugrahi hikmah oleh Allah. “Dan sungguh Kami telah melimpahkan hikmah kepada Luqman” (QS. Luqman : 12). Beberapa ahli menjelaskan tentang makna hikmah tersebut, antara lain yaitu:
1) Hikmah diartikan sebagai rasio, pemahaman dan kecerdasan
2) Hikmah adalah keagamaan yang mendalam dan kefasihan berbicara
3) Hikmah adalah pemahaman, ilmu, dan tafsir
4) Hikmah adalah ideologi
Sebagai seorang pendidik Luqman memiliki ciri-ciri pribadi yang memang semestinya ada pada diri seorang pendidik. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan dari usaha pendidikan juga bergantung kepada kekuatan yang dimiliki oleh pendidik baik kekuatan keilmuan, kecerdasan, kepribadian. Hal yang paling mendasar dari sosok Luqman yaitu :
a. Luqman sebagai pendidik yang berpengetahuan luas
“Luqman itu seorang laki-laki yaang bijaksana, banyak tafakkur, dan luas wawasannya”. (Riwayat Abu Darda dalam Risalah)
b) Luqman sebagai pendidik yang ikhlas
c) Luqman sebagai pendidik yang memiliki sifat hilm (penyantun/ tabah)
d) Luqman sebagai pendidik yang mampu menumbuhkan tanggung jawab terhadap anak didiknya
Dengan hikmah yang diberikan Allah kepada Luqman, maka lengkaplah kualitas pribadi Luqman sebagai seorang pendidik yang menghasilkan anak didik (putranya) yang berkualitas pula kepribadiannya.
b. Konsep Pendidikan Luqmanul Hakim
Acuan utama tentang model pendidikan Luqman terdapat dalam QS Luqman :13-19. Sistem nilai yang diterapkan Luqman memberikan gambaran tentang tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, karakteristik pendidik, dan karakteristik anak didik. Materi pendidikan yang tersurat dan tersirat dalam QS Luqman 13-19, meliputi lima aspek yaitu:
1) Penguatan fitrah keimanan
Fitrah keimanan merupakan dasar kekuatan individu. Inilah aspek yang pertama disentuh. Individu secara fitrahnya memilki potensi keimanan, memiliki potensi untuk berperilaku yang sesuai dengan norma agama. Melalui pendidikan di keluarga, potensi / fitrah keimanan ini mesti dipelihara dan diteguhkan. Pembelajaran pertama Luqman kepada putranya yaitu memperkuat aqidah dengan nasihat “Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (QS Luqman: 13).
2) Pendidikan etika (akhlak)
Aspek berikutnya yaitu pendidikan etika (akhlak). Dimensi akhlak merupakan dimensi penting dari pendidikan. Bahkan tugas utama Rasul dalam risalahnya yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Pendidikan etika yang pertama diterapkan yaitu etika dalam keluarga. Luqman mengawali pendidikan etika dengan penerapan etika yang baik terhadap orang tua terutama ibu. Hal tersebut tersurat dalam QS Luqman : 14 “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua (ibu dan bapaknya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang terus menerus dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu, hanya kepada-Ku kamu kembali.”
Berakhlak baik kepada kedua orang tua (Birrul Walidain) merupakan dimensi penting yang tidak boleh diabaikan. Akan tetapi tetap dalam koridor yang sesuai dengan fitrah keimanan. Artinya berbuat baik kepada orang tua dan memperlakukan mereka dengan cara yang baik dalam konteks perilaku yang tidak menyalahi norma agama. Dalam QS Luqman: “Dan apabila keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan yang lain, yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak tahu tentangnya, maka janganlah kamu menaati keduanya; dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitahukan apa yang telah kamu kerjakan.”
Pendidikan akhlak selanjutnya yaitu akhlak atau tuntutan etika dalam interaksi sosial dengan masyarakat yang lebih luas, menrut penafsiran para ahli tafsir dari ayat 18-19, adalah:
– Dilarang memalingkan muka karena sombong dan menganggap kecil orang lain. (Tafsir Al Qurtubi, juz XIV, hal. 70)
– Dilarang berjalan dengan rasa angkuh tetapi berjalanlah dengan tenang dan penuh kerendahan hati (tafsir Al Maraghi, juz XXI, hal 85)
– Dilarang berkata terlalu keras yang mengganggu ketenangan orang lain (tafsir Ibnu Katsir, juz III, hal 446)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan angkuh di atas bumi; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18).
“Sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan suaramu; sesungguhnya seburuk-seburuk suara adalah suara keledai.” (QS Luqman: 19).
3) Pembiasaan ibadah
Aspek selanjutnya yaitu pendidikan dan pembiasaan ibadah. Ibadah yang pertama kali diperkenalkan kepada anak yaitu shalat. Nasihat Luqman terhadap putranya “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik, dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar. Dan bersabarlah atas segala yang telah menimpamu; sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (Allah)”. (QS. Luqman: 17).
Pembiasaan shalat yang diterapkan Luqman yaitu pembiasaan shalat yang benar. Shalat yang dapat berdampak positif pada perilaku. Shalat yang dapat menguatkan keimanan dan memelihara akhlak.
4) Penanaman tanggung jawab sosial
Inilah ciri model pendidikan Luqman yang menyeluruh (syumuliyah). Pendidikan yang tidak hanya menyentuh aspek pribadi melainkan aspek sosial. Hal ini tersurat pula dalam QS Luqman : 17 di atas. “ …perintahkan manusia berbuat kebaikan dan laranglah mereka dari kemunkaran”.
Luqman mendidik putranya untuk memiliki rasa peduli terhadap kemaslahatan orang lain. Individu tidak hanya menjadi shaleh pribadinya semata, melainkan ia punya tanggung jawab untuk “menyolehkan” masyarakat melalui konsep amar maruf nahyi munkar.
5) Pelatihan fisik yang kuat dan sehat
Dimensi penguatan fisik tersurat dalam QS Luqman: 17 “ …dan bersabarlah atas segala hal yang menimpamu”
Secara konteksnya ayat tersebut memberikan gambaran bahwa pelatihan fisik yang kuat dan sehat diperlukan oleh individu. Meskipun secara tersuratnya hal tersebut dikaitkan dengan tantangan yang akan dihadapi individu saat ia melaksanakan tugasnya amar maruf nahyi munkar.
Demikian aspek materi yang dikembangkan dalam model pendidikan Luqman. Substansi materi tersebut disusun untuk menunjang tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang dirancang Luqman yaitu :
a. Membentuk individu berideologi keesaan Tuhan dalam rangka mencapai ketakwaan yang maksimal (haqqa tuqaatih).
b. Membentuk manusia yang selalu bersyukur atas nikmat yang diperolehnya
c. Mempertinggi inteletual anak didik
d. Melatih fisik yang kuat dan sehat
e. Membentuk manusia yang memiliki tanggung jawab baik sebagai individu maupun sosial.
Dalam model pendidikan Luqman, metode yang digunakan lebih banyak dengan metode ceramah. Metode tersebut memiliki kelebihan dibandingkan metode pendidikan lainnya bila dilihat dari segi relevansinya dengan usia anak didik. As’aril Muhajir (2011: 165) menyebutkan bahwa “metode penyampaian materi secara lisan lebih ekonomis dan efektif untuk penyampaian informasi dan pengertian jika anak didik masih dalam fase anak-anak.
Model pendidikan Luqman juga sangat memperhatikan karakteristik pendidiknya. Seperti halnya Luqman yang memiliki karakteristik pribadi yang semestinya ada pada diri seorang pendidik. Maka, untuk menerapkan model pendidikan Luqman, pendidik perlu dibekali dan dilatih dengan beragam penguasaan ilmu dan wawasan, penguatan motivasi diri pendidik,dan pengembangan kepribadian yang positif.***
Penulis adalah Guru BK SMPN 1 Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.