ZONALITERASI.ID – Budayawan dan dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan (Unpas), Dr. Hawe Setiawan, M.Sn. menilai, penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan masyarakat, khususnya di kalangan jurnalis, masih bermasalah.
“Saya mencatat, setidaknya ada lima masalah (penggunaan bahasa dalam jurnalisme), yaitu penyusunan kalimat, penggunaan kalimat efektif, pemilihan kata, penempatan kata dalam sistem kalimat, serta pemakaian gaya bahasa dan ungkapan yang khas,” kata Hawe, saat berbicara dalam diskusi Forum Bahasa Media Massa (FBBM) bertajuk ‘Tabrani dan Masa Depan Bahasa Indonesia’, dilansir dari laman Unpas, Minggu, 4 September 2022.
Selanjutnya Hawe menuturkan, saat ini jurnalisme mengalami pergeseran platform dari media cetak ke media digital. Di jagat digital, medan komunikasi semakin mengarah pada kebiasaan pemanfaatan media sosial oleh masyarakat.
“Tidak berlebihan rasanya kalau saya mengatakan bahwa citizen terbenam, netizen terbit. Warga negara susut, warganet bangkit. Media massa pudar, media sosial mekar,” ujarnya.
Hawe juga mengamati sedikitnya terdapat empat gejala penggunaan bahasa Indonesia di tengah pergeseran jurnalisme dari platform media cetak ke digital.
Pertama, menguatnya kelisanan dalam bahasa tulis, bukan hanya menyangkut pilihan kata, tapi juga sikap penutur bahasa. Kedua, merapatnya aksara gambar dan suara dalam tindak komunikasi.
Ketiga, tumbuhnya tabiat kebarat-baratan dalam pilihan kata dan pencarian ungkapan, seperti pemakaian kata hot, food, news, travel, dan sebagainya.
Keempat, meningkatnya kecenderungan pemakaian pronomina ‘ini’.
“Biasanya, judul berita dilengkapi dengan tanda seru untuk menarik perhatian, misalnya ‘inilah’ ‘ini dia’, ‘ini faktanya’, dan lain-lain,” kata Hawe. (des)***