Mahasiswa UPI Lakukan Penelitian Vaksin di Sumatera Barat

IMG 20210829 WA0008

ZONALITERASI.ID – Sekelompok mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan penelitian mengenai vaksin pada masyarakat Sumatera Barat.

Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan fokus pada Riset Sosial Humaniora (RSH).

Kelompok mahasiswa yang beranggotakan Rizqi Abdul Azis, Renanda Dwina Putri, Ernawati, Sania Majida, dan Ghifariy Azmiy Waliy, berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi dan Pendidikan Sosiologi. Sehingga, penelitian pada vaksin tersebut berfokus pada sudut pandang sosial, budaya, dan komunikasi.

Penelitian yang dilakukan berjudul Intercultural Competence Components Model: Kompetensi Komunikasi Lintas Budaya Dokter dalam Menghadapi Penolakan Vaksin di Sumatera Barat.

Sejak dimulainya kegiatan penelitian pada Juni 2021, tim mahasiswa yang diketuai oleh Rizqi Abdul Azis ini telah menghasilkan beberapa penemuan, baik itu pada sudut pandang sosial dan budaya masyarakat Sumatera Barat dalam menyikapi adanya vaksin, ataupun kompetensi komunikasi dokter sebagai vaksinator vaksin dalam menghadapi pro dan kontra vaksinasi di kalangan masyarakat.

Adapun temuan penelitian tersebut didapatkan dari hasil upaya pencarian data oleh mahasiswa kepada dokter ataupun masyarakat di Sumatera Barat.

“Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh tim kami kepada beberapa dokter yang bertugas langsung pada kegiatan vaksinasi, kami menemukan bahwa sebagian besar masyarakat Sumatera Barat masih banyak yang menolak untuk di vaksin. Sebagai tim medis yang bertugas langsung dalam pelaksanaan vaksinasi di masyarakat, dokter yang menjadi narasumber penelitian ini mengatakan banyak masyarakat yang menolak vaksin karena terpapar oleh informasi hoaks yang beredar di media sosial” ujar Rizqi.

Selain pengaruh informasi hoaks, Rizqi menyebutkan bahwa latar belakang kebudayan dan tingkat religiusitas yang tinggi juga menjadi faktor penolakan yang terjadi di Sumatera Barat.

“Masyarakat masih meragukan kehalalan dan kredibilitas dari vaksin ini. Ditambah dengan banyaknya informasi hoaks mengenai efek samping dan kandungan vaksin yang membuat masyarakat ketakutan untuk vaksinasi. Fenomena penolakan ini menandakan bahwa masih kurangnya edukasi masyarakat dalam menerima informasi di media sosial” ungkap Rizqi.

Temuan mengenai sikap masyarakat Sumatera Barat terhadap vaksin tersebut tentunya juga menjadi tugas dokter sebagai vaksinator. Kompetensi komunikasi dokter menjadi salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Rizqi dan timnya. Sehingga, Rizqi turut menyimpulkan temuannya bersama tim mengenai cara dokter di Sumatera Barat dalam berkomunikasi kepada masyarakatnya khususnya mengenai vaksin.

“Sebagian besar dokter di Sumatera Barat melakukan pendekatan sosial budaya dan pendekatan agama untuk berkomunikasi dan meyakinkan masyarakat agar mau di vaksin. Yaitu dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat, serta melakukan kampanye di kelompok keagamaan dan tempat ibadah. Selain itu dokter kebanyakan tidak menggunakan komunikasi persuasif dalam meyakinkan masyarakat, melainkan hanya berkomunikasi secara terbuka dengan menjawab pertanyaan masyarakat seputar vaksin” ujar Rizqi.

Dari penelitian sekelompok mahasiswa tersebut, menghasilkan luaran yang dapat memberikan solusi dari persoalan dan penemuan di lapangan. Luaran tersebut berupa penerbitan artikel ilmiah berskala internasional dan nasional, pembuatan aplikasi dengan nama “Randai” yang bertujuan untuk memberikan informasi seputar vaksinasi di Sumatera Barat, serta Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari aplikasi tersebut.

Artikel ilmiah berskala internasional tersebut akan dipublikasikan di “Mention 2021, 17th Biennial Internasional Conference on Media and Communication” dengan judul “Intercultural Competence Components Model: How Doctor Encounter COVID-19 Vaccine Rejection in West Sumatra, Indonesia”. Sedangkan artikel ilmiah berskala nasional rencananya akan diterbitkan di Jurnal Komunikasi UII dengan judul “Program Vaksinasi Nasional: Strategi Komunikasi Dokter di Sumatera Barat”.

Adapun aplikasi yang akan diluncurkan dengan nama “Randai” merupakan singkatan dari “Rang Awak Pandai” atau “orang kita pandai-pandai”. Aplikasi ini bertujuan untuk memberikan solusi dari masyarakat yang masih mudah menerima informasi hoaks. Sehingga, aplikasi tersebut akan memberikan fitur mengenai informasi seputar vaksinasi baik itu dari sudut pandang agama, medis, maupun budaya, fitur konsultasi dengan dokter sebagai vaksinator vaksin, serta fitur lainnya yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat Sumatera Barat terhadap vaksin.

“Pelaksanaan serta luaran dari penelitian ini kami harapkan dapat bermanfaat nantinya kepada semua pihak di Sumatera Barat, baik itu pemerintah, dinas kesehatan, tenaga medis, serta masyarakat Sumatera Barat” ujar Rizqi. (atp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *