Mantap, Jurnal Pendidikan Islam UIN Gunung Djati Bandung Terindeks Scopus

727fb76a e6cd 4bab 81be 845764230119
Jurnal Pendidikan Islam yang diterbitkan oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung, kini tercatat sebagai jurnal internasional bereputasi dan terakreditasi pada Sinta-1, per 27 Juli 2022, (Foto: Humas UIN Bandung).

ZONALITERASI.ID – Jurnal Pendidikan Islam yang diterbitkan oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, kini tercatat sebagai jurnal internasional bereputasi dan terakreditasi pada Sinta-1, per 27 Juli 2022.

“Capaian ini menunjukkan tingginya kualitas hasil penelitian yang dilaksanakan dosen-dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan konsistensi serta keseriusan para pengelola jurnal, termasuk Jurnal Pendidikan Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yang mampu terindeks di Scopus sebagai portal publikasi dunia yang memiliki reputasi luar biasa,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, di Jakarta, Jumat, 29 Juli 2022.

Menurut Dhani, sapaan Muhammad Ali Ramdhani, dengan terindeks di Scopus, hasil-hasil penelitian yang terpublikasi di Jurnal Pendidikan Islam UIN Bandung akan memiliki dampak strategis bagi pengembangan keilmuan dan wacana akademik secara signifikan. Sebab, akademisi di berbagai belahan dunia akan mudah mengakses dan mensitasi hasil riset yang terpublikasi sehingga dengan sendirinya berdampak terhadap pembangunan peradaban secara global.

“Untuk itu, tentu, saya selaku Direktur Jenderal Pendidikan Islam memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi atas capaian ini,” ungkap pria yang juga guru besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.

Alat Ukur Reputasi Jurnal

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag, Amien Suyitno, mengatakan, sekalipun bukan satu-satunya lembaga pengindeks jurnal internasional bereputasi, Scopus menjadi alat ukur reputasi sebuah jurnal.

“Pengakuan mereka sangat penting untuk kualitas sebuah jurnal. Sebab, sistem yang dibangun sudah sangat baik, mapan, sistematis dan terukur. Sistem pengindeksannya juga teliti, apik, berguna, dan diakui dunia,” kata Amien.

“Memang, tidak mudah jurnal terindeks di Scopus. Dibutuhkan kualitas riset yang baik, tulisan yang bermutu, konsistensi, dan ketelatenan para pengelola jurnal. Dengan raihan prestasi Jurnal Pendidikan Islam ini, disiplin ketarbiyahan dan keguruan sebagai salah core business PTKI kian semakin berkembang,” ujarnya.

Rektor UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Mahmud, mengaku bangga memiliki jurnal terindeks Scopus. Sebab, banyak manfaat yang didapat. Dosen yang mau menjadi guru besar akan terbantu. Reputasi akademik perguruan tinggi terdongkrak. Hasil-hasil riset dibaca banyak orang di dunia.

“Capaian indexing Scopus itu bukan sekadar alat ukur reputasi jurnal, tapi alat ukur kinerja lembaga secara umum. Scopus memberikan potret bahwa di sebuah kampus itu ada semangat. Ada kebersamaan. Ada manajemen. Ada keinginan. Ada perencanaan. Dan, ada juga fulus yang dialokasikan,” katanya.

Mahmud mengapresiasi kerja keras dan kinerja Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung, Aan Hasanah, beserta jajarannya.

Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, menyatakan upaya program pendampingan jurnal internasional bereputasi dan afirmasi pembiayaan bantuan penelitian melalui BOPTN Penelitian baik melalui Diktis maupun satker PTKIN kian membuahkan hasil.

“Dengan capaian publikasi di tingkat global, ini menunjukkan produktivitas dosen PTKI melalui riset dan karya-karya akademiknya demikian tinggi. Dan, subtansi dari perguruan tinggi ditandai di antaranya dengan riset dan publikasi ilmiah yang berkualitas,” tutur Suwendi.

Menurutnya, dengan terindeksnya Jurnal Pendidikan Islam di Scopus, setidaknya ada 14 jurnal PTKI telah menyabet status jurnal internasional bereputasi dan terakreditasi pada Sinta-1.

Ke-14 jurnal tersebut adalah:

1) Journal of Indonesian Islam (JIIs), UIN Sunan Ampel, Surabaya Jawa Timur;

2) Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS), IAIN Salatiga Jawa Tengah;

3) Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS), IAIN Kudus, Jawa Tengah;

4) Al Jami’ah, UIN Sunan Kalijaga Daerah Istimewa Yogyakarta;

5) Studia Islamika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

6) Journal of Islamic Architecture, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur;

7) Jurnal Al-Ahkam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

8) Jurnal Samarah UIN Ar-Raniri Banda Aceh;

9) Islam Guidance and Counseling Journal IAIM-NU (Institut Agama Islam Ma’arif Nahdlatul Ulama) Metro Lampung;

10) Al-Ihkam, IAIN Madura, Jawa Timur;

11) Jurnal Psikohumaniora, UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah;

12) Jurnal Ilmiah Syariah (JURIS), UIN Mahmud Yunus, Batusangkar, Sumatera Barat;

13) Ulumuna: Journal of Islamic Studies, UIN Mataram, Nusa Tenggara Barat;

14) Jurnal Pendidikan Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.

Luar Biasa

Editor in-Chief jurnal Pendidikan Islam yang juga Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung, Aan Hasanah, menyatakan, usaha yang paling nyata agar Jurnal Pendidikan Islam mecapai prestasi ini adalah tidak lelah untuk menyemangati para pengelolanya, yang luar biasa.

“Mereka punya semangat yang hampir tidak pernah padam, sekalipun terkadang naik turun. Sudah barang tentu ada saat-saat di mana mereka lelah, penat, kesel, frustasi, dan sederet situasi tidak enak lainnya,” ucap Aan.

“Namun, mereka benar-benar ‘orang-orang gila jurnal’, bahasa teman-teman menyebutnya ‘original’. Kenapa disebut orang gila jurnal? Karena mereka terkadang lupa terhadap diri mereka sendiri, karena asyik dengan ngopeni naskah, footnote, tata bahasa, struktur kalimat, dan hal-hal lain yang merupakan persyaratan kelayakan sebuah jurnal. Lagian, itu semua bukan pekerjaan yang menjanjikan secara materi. Harus banyak ikhlas beramal-nya, malah,” sambungnya.

“Bahkan, untuk meraih prestasi ini, diwarnai sebuah kejadian yang dramatis. Mobil salah satu wadek tertabrak dari belakang dalam perjalanan kegiatan belajar bagaimana cara-cara memproses pengajuan sebuah jurnal ke Scopus. Dan, tentunya banyak pihak yang perlu diapresiasi, karena pencapaian ini melibatkan banyak pihak,” pungkas Aan. (des)***