SEBUAH Flash back, ketika tahun 2002-2005, saat itu saya sedang riset bersama pakar Neuro Science, ahli bedah syaraf otak, ahli perkembangan anak, dan ahli gizi tentang bagaimana menyiapkan peserta didik yang unggul dalam menerima pesan pembelajaran di dalam otaknya. Maka jawaban singkatnya saat itu, adalah bagaimana siswa siswi mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan MAK, hingga perguruan tinggi harus memiliki gizi dan darah yang aktif di dalam otaknya. Demikian juga saat mau belajar apapun di sekolah atau universitasnya, maka peserta didik harus sudah sarapan dulu. Jika penasaran silakan baca artikel jurnal internasional yang penulis terbitkan saat itu tahun 2012 di Pitburg USA dengan alamat akses: https://www.scirp.org/journal/paperinforcitation? paperid=21930. Dalam artikel internasional tersebut penulis sampaikan sebuah pemikiran terbarukan saat itu bagaimana para siswa siap untuk belajar kalau dalam otaknya sudah mendidih, artinya darah-darah dalam semua pembuluh darahnya sudah siap dengan receiver-receiver system syaraf yang aktif untuk menerima pesan-pesan pembelajaran dari para gurunya. Di mana salah satu syarat bagaimana darah-darahnya yang ada setiap pembuluh darah baik pada bagian otak bagian depan (prefrontal, otak samping, frontal, otak bagian belakang telinga atau temporal, belakang telinga menuju bagian kuduk parietal, dan bagaian otak belakang atau occipital, hingga bagian otak tengah atau central lobe, semua aktif karena ada asupan dalam darahnya sehingga akan cepat menerima, memproses dengan cepat hingga nantinya semua yang diterima akan disimpan di memori jangka pendek (short term Memory) maupun jangka panjang (long term memory). Dengan demikian semua peserta didik akan memiliki kemampuan yang ia pelajari, karena darahnya berkualitas atas asupan makanan yang bergizi. Sebagai bukti proses risetnya juga ( silakan diakses pada laman Youtube ini: https://www.youtube.com/watch?v=tMK9 wuJigJU).
Jika fenomena temuan riset ini dikaitkan dengan Program Bapak Presiden Republik Indonesia Periode 2024-2029, Bapak Jenderal Prabowo Subianto tentang program Makanan Gratis yang sudah bergulir dalam satu tahun ini. Tentunya semua anak-anak negeri ini sedang dipersiapkan menjadi generasi emas yang siap belejar dan menerima materi pelajaran dengan cepat, sebagaimana dalam riset Deni Darmawan (2002-2005), dengan kecepatan 12 Milisecond perdetik atau secepat mengedipkan mata, mereka para siswa mampu menerima materi-materi pelajaran. Jika hal ini berhasil apalagi dalam 5 tahun ke depan maka semua peserta didik Indonesia betul-betul menjadi generasi emas, artinya saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan Blue Print dalam mempersiapkan generasi yang kuat. Tentunya program MBG ini akan menajdi program inovasi negara-negara berkembang bahkan negara-negara majupun akan bercermin pada program MBG ala Presiden Prabowo ini. Demikian juga jika program ini berhasil hingga 4 atau 5 tahun ke depan, maka tidak menutup kemungkinan Word Bank akan melirik dan kebijakan internasional melalui UNESCO akan mentauladani program ini. Sebagaimana dalam program SDG’sna UNESCO yang mencanangkan tentang 17 Program untuk dunia dan program SDG’s tentang Zero Hunger, Quality Education, Good Health and Well-Being, Clean Water and Sanitation, Decent Work and Economic Growht, reduce inequality, Peace, Justice and String Institutions, Partneships for the Goals, semuanya dapat diwujudkan melalui keberhasilan dan keberlanjutan program MBG Pemerintah Indonesia. Demikian juga ketika banyak memberdayakan KUKM, peternak kecil, petani kecil dan kantong-kantong MBG dibuka secara merata mulai dari pedesaan, kecamatan, kabupaten, dan provinsi di seluruh pelosok tanah air maka secara strategis akan jauh lebih berhasil, jika tata kelolanya juga kita banguan dengan sempurna.
Berbicara tata kelola dan sistem pemberdayaan juga monitoring dan evaluasi, harusnya direlevansikan dengan pemerataan sistem digitalisasi program yang dulu berhasil tentang Pembangunan ICT center hingga ke pelosok. Maka program MBG ini seyogyanya dapat disandingkan dengan program-program keberhasilan bangsa ini dalam membangun generasi mudanya, khususnya dalam sistem pemantauan jangan sampai margin error tantangannya menjadi membesar sebagaimana di penghujung tahun 2025 ini MBG mengalami tantangan dengan adanya musibah “Keracunan” di satu wilayah, cukup hanya 0,001 % saja kegagalannya. Dengan margin error sebesar itu maka merujuk pada Pidato Presiden Prabowo bahwa selama 1 tahun ini keberhasilan program MBG ini sudah 99,999%. Namun demikian dengan capaian dan margin error seperti ini, maka ada beberapa hal yang harus ditingkatkan, ditertibkan, dipantau, dan dievaluasi secara sistemik demi keberhasilan dan keberlanjutan program yang luar biasa dari pemerintah Prabowo-Gibran ini. Sebagai solusi untuk menghadapi, menjaga, serta meningkatkan mutu program MBG, di antaranya (1) Bangun sistem layanan yang sehat dari hulu hingga hilir; (2) Libatkan semua unsur yang berpikir positif serta memiliki kompetensi yang relevan; (3) Lakukan program pembekalan atas semua unsur yang terlibat; (4) Bangun system pemantauan secara terstruktur dengan dukungan ICT dan AI yang memadai dan adaptif; (5) Lakukan program edukasi atas tujuan utama, tujuan antara, dan tujuan praktis di setiap kantong-kantong yang sudah tersentuh program MBG ini; (6) Lakukan system reporting baik Dailly report, Weekly report, Monthly report, Three monthly report, Midtherm Report, Annual Report yang jelas atas semua keberhasilan, kendala, dan solusi; (7) lakukan kampanye kesadaran akan kekuatan positif melalui program broadcast yang melibatkan orang tua, Toga, Tomas, Tokad, Topend, Tobud, Topol dan generasi milenial yang ada di dalamnya; (8) Bangun system transformasi keunggulan tingkat lokal, regional, internasional dan bahkan dunia mengani roadmap dari program MBG ini secara masif.
Jikalah hal tersebut dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua elemen bangsa ini, maka istilah “Bancakan Anggaran” dan musibah “Keracunan”, atau bahkan lebih parahnya terjadi mark-up atas semua kegiatan implementasi mulai dari belanja, masak, pengemasan, bahkan transportasi dan distribusi yang kurang baik tidak akan terjadi. Dengan demikian di setiap Hari Kebangkitan Nasional juga Hari Sumpah Pemuda tahun 2025, keberhasilan Program MBG ada di dalamnya. Karena baik secara kajian keilmuwan, ekonomi, ketahanan masyarakat, maupun pemberdayaan masyarakat program MBG ini telah sesuai dan kuat. Inilah kenapa program pemerintah Prabowo-Gibran tentang MBG ini harus menjadi Icon bangsa yang sadar akan gizi generasi mudanya untuk mewujudkan “Generasi Indonesia Emas 2045.” Salam Sehat untuk semua, Maju Indonesia. ***
(DD, Medio Sumpah Pemuda, 28 Oktober, 2025)
Deni Darmawan, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia dan Director Board Member of Orbicom-Unesco.





