Menghindari Ancaman Resesi Ekonomi Global: Sebuah Tinjauan dan Strategi untuk Indonesia

Oleh Rohidin, S.H., M.H., M.Si.

WhatsApp Image 2024 12 19 at 20.28.59
Rohidin, S.H., M.H., M.Si. (Foto: Dok. Pribadi)

ANCAMAN resesi ekonomi global menjadi perhatian serius yang harus dihadapi dengan kebijakan strategis. Tanda-tanda perlambatan ekonomi global sudah terlihat sejak akhir 2022, sehingga memaksa pemerintah Indonesia untuk berpikir keras dalam menata ulang struktur ekonominya.

Data menunjukkan bahwa lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Pada Juli 2022, IMF memproyeksikan pertumbuhan sebesar 2,9%, tetapi pada akhir tahun, prediksi ini direvisi menjadi 2,7% untuk tahun 2023. Bahkan, proyeksi awal pada Januari 2022 sebesar 3,8% menjadi tidak relevan dalam konteks saat ini.

Kelemahan Ekonomi Indonesia

Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian berkembang, menghadapi sejumlah kelemahan struktural yang perlu segera diatasi. Oleh karena itu, beberapa aspek berikut harus menjadi perhatian utama:

1. Ketergantungan pada Ekspor Komoditas Mentah

Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor mineral mentah dan crude palm oil (CPO). Ketergantungan ini membuat perekonomian rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global. Sebagai contoh, penurunan harga komoditas dapat mengakibatkan penurunan pendapatan negara.

2. Tekanan Inflasi

Tekanan inflasi diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun depan. Kenaikan harga bahan pokok dan barang konsumsi dapat menggerus daya beli masyarakat, yang pada gilirannya memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik.

3. Tekanan Jual Investor Asing di Pasar Surat Berharga Negara (SBN)

Ketidakpastian pasar keuangan global memicu arus keluar modal asing dari Indonesia. Akibatnya, hal ini memperburuk defisit transaksi berjalan (CAD) dan menambah tekanan pada nilai tukar rupiah.

4. Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan nilai tukar diperkirakan melebihi Rp16.000 per dolar AS, biaya impor menjadi lebih mahal, sehingga meningkatkan risiko inflasi dan menekan daya saing produk lokal.

Tantangan dalam Menghadapi Perang Ekonomi Global

Dalam menghadapi perang ekonomi global Indonesia harus memperkuat struktur ekonominya. Filosofi ekonomi yang solid menjadi landasan untuk bertahan. Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, dampak langsung terhadap nilai tukar rupiah tetap terbatas. Oleh karena itu, penguatan ekonomi Indonesia hanya bisa dicapai melalui strategi komprehensif yang melibatkan seluruh sektor.

Strategi Menghindari Resesi:

1. Diversifikasi Ekonomi

Indonesia harus segera mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah. Sebagai langkah awal, investasi pada sektor hilirisasi, seperti pengolahan mineral dan produk turunan CPO, dapat meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja baru.

2. Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

Bank Indonesia (BI) harus mengambil langkah strategis untuk menstabilkan rupiah. Misalnya, intervensi pasar valas dan peningkatan cadangan devisa menjadi prioritas untuk menjaga kepercayaan investor.

3. Pengendalian Inflasi

Pemerintah harus memastikan pasokan barang kebutuhan pokok tetap stabil. Selain itu, subsidi harga untuk komoditas penting dapat menjadi solusi sementara untuk mengurangi dampak inflasi terhadap masyarakat.

4. Memperkuat Pasar Domestik

Peningkatan konsumsi domestik menjadi kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, program bantuan sosial dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu terus digalakkan.

5. Peningkatan Daya Saing Ekspor

Produk Indonesia harus mampu bersaing di pasar internasional. Untuk itu, upaya peningkatan kualitas produk, pengurangan hambatan ekspor, dan eksplorasi pasar baru menjadi langkah penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Proyeksi dan Harapan Ekonomi Indonesia

Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mencapai 4,7-5,5% dengan titik tengah 5,1%. Selain itu, defisit transaksi berjalan diharapkan berada dalam kisaran 0,1-0,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, inflasi diproyeksikan tetap terkendali sesuai dengan target pemerintah. Meskipun tantangan besar masih menghadang, harapan tetap ada jika kebijakan strategis diimplementasikan dengan konsisten.

Pentingnya Kesadaran dan Aksi Nyata

Untuk menghindari resesi, kesadaran kolektif seluruh pihak sangat diperlukan. Oleh sebab itu, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bersinergi dalam menciptakan stabilitas ekonomi. Pemerintah, khususnya, harus mampu menciptakan kebijakan yang berorientasi jangka panjang, bukan hanya solusi sementara.

Oleh karenanya, dari uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa ancaman resesi ekonomi global tidak dapat dihindari tanpa upaya bersama. Dengan strategi yang terencana, Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dan memperkuat posisinya dalam peta ekonomi global. Oleh karena itu, petunjuk ini harus dilaksanakan dengan baik, demi masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan. ***

Rohidin, S.H., M.H., M.Si.,  pengamat sosial dan kebijakan publik, Sultan Patrakusumah VIII Trust of Guarantee Phoenix Ina 18