Oleh Agus Nurjaman, S.Pd.
BERBAGAI persoalan dalam pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh terus mengemuka mulai dari hal kecil sampai permasalahan yang cukup mengkhawatirkan. Penyebaran virus Covid-19 yang berkepanjangan memaksa setiap satuan pendidikan berjibaku membuat program pembelajaran dalam jaringan (daring). Semua cara dan upaya terus dilakukan dalam rangka memenuhi ketercapaian kompetensi setiap peserta didik. Namun hal tersebut rupanya tidak cukup berhasil membuat para peserta didik memenuhi target capaian kompetensi yang diharapkan.
Sistem pembelajaran jarak jauh yang difasilitasi jaringan ini belum sepenuhnya terlaksana sesuai harapan. Ada dua faktor yang menjadi kendalanya, faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari siswa itu sendiri yang tidak memiliki motivasi belajar secara mandiri. Faktor eksternal juga sangat berpengaruh pada proses pembelajaran jarak jauh ini. Sarana pendukung dalam proses pembelajaran di rumah mutlak diperlukan, di antaranya peran orang tua sebagai motivator, perangkat IT seperti gadget atau laptop, koneksi jaringan (wifi atau kuota), dan sumber belajar. Kedua faktor ini harus terpenuhi agar proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Memenuhi capaian kompetensi peserta didik di masa pandemi memang bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan meskipun kedua faktor sudah terpenuhi. Satu faktor penunjang yang tidak dapat diabaikan adalah keterlibatan guru pada proses berlangsungnya pembelajaran.
Keterlibatan guru dalam sebuah proses pembelajaran memang menjadi sebuah hal yang vital, karena selain menyampaikan pelajaran, secara tidak langsung guru menjadi agen pembentukan dan perubahan karakter untuk para peserta didik. Ketika peserta didik berada di lingkungan sekolah secara otomatis mereka harus mentaati berbagai aturan yang berlaku di sekolah itu mulai dari kehadiran di sekolah sampai pada pelaksanaan belajar, karena jika tidak, mereka harus menerima konsekuensinya berupa sanksi. Hal inilah yang membuat para peserta didik menjadi lebih disiplin. Sementara jika pembelajaran dilaksanakan di rumah tanpa sebuah aturan disiplin yang ketat maka capaian kompetensi akhlak tidak akan terwujud. Kehilangan kesempatan bertatap muka dengan guru sangat berdampak pada kemunduran akhlak di kalangan para peserta didik saat ini.
Menurunnya nilai karakter baik ini tentunya harus segera diatasi sesegera mungkin. Mengingat tingkat kemundurannya sudah terlihat di level mengkhawatirkan. Segala upaya harus cepat dilakukan oleh semua pihak dalam menyikapi permasalahan ini. Beberapa fakta bisa dilihat perubahan yang terjadi di kalangan peserta didik mulai dari penampilan, kesantunan, serta kedisiplinan dalam diri mereka sudah hilang. Beberapa hal yang bisa dijadikan acuan bagi kita di mana mereka menampilkan ekspresi kebebasan yang kebablasan dalam berlaku maupun bertutur baik secara langsung ataupun di dunia maya. Banyak postingan mereka yang cenderung tidak sopan, monohok atau mengarah ke hal yang berbau asusila. Semuanya ini dikarenakan mereka terlepas dari aturan yang biasa diterapkan di sekolah. Kehadiran guru yang selalu membawa fatwa kebaikan dan membawa siswanya memiliki akhlakul karimah, kini hanya sebuah harapan saja. Sementara lingkungan luar yang bebas tanpa aturan telah menjadikan mereka seorang yang tidak terarah dan berlaku seenaknya (sa’enae dewek). Marilah kita sama-sama berupaya mencari solusi agar nilai akhlak bisa kembali menuntun para generasi bangsa ke arah yang lebih baik.***
Penulis adalah Guru Bidang Studi Bahasa Inggris SMPN 1 Pasirjambu Kabupaten Bandung