Menyoal Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah

Oleh Yani Sutarsih, S.Pd.

WhatsApp Image 2023 07 01 at 05.20.54
Yani Sutarsih, S.Pd., guru SMP Al-Amanah, Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, (Foto: Dok. Pribadi).

SELAIN kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas yang dikenal dengan sebutan kegiatan intrakurikuler, di sekolah juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Dua kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh siswa ini jadi sarana untuk mendidik mereka agar menjadi pribadi yang terasah intelektualitasnya dan perkembangan pribadinya.

Khusus untuk kegiatan ekskul, beragam wadah untuk menggembleng minat dan bakat siswa digelar di sekolah. Sebut saja misalnya kegiatan ekskul jurnalistik; pramuka; paskibra; palang merah remaja (PMR); kaligrafi, dakwah, nasyid (kerohanian); serta ekskul seni karawitan dan tari (kesenian). Kemudian, ekskul panahan, futsal, pencak silat, dan taekwondo (olahraga); bahasa Arab dan bahasa Inggris (bahasa asing); serta ekskul karya ilmiah remaja (penalaran).

Tentunya, ada tujuan mulia di balik berbagai kegiatan ekskul yang digelar di sekolah. Sebagai siswa yang tengah memasuki masa-masa transisi dari usia anak-anak menuju usia remaja, berbagai pergumulan pikiran ada di depan mata. Usia 13 hingga 15 tahun merupakan usia transisi yang perlu disikapi secara tepat.

Pada rentang usia itu, keinginan untuk mencoba hal-hal baru selalu muncul. Bahkan, bukan hanya ingin mencoba hal-hal yang biasa-biasa saja. Perilaku tak wajar yang menyimpang dari norma-norma di masyarakat, tak jarang ingin dicoba oleh mereka. Tak heran jika dalam realitas kehidupan, terkadang ada anak yang berusia tanggung ini terjerumus kepada pergaulan bebas, terjerat narkoba, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya.

Yang jadi persoalan, terkadang saat anak-anak tanggung itu terjerat perilaku menyimpang, sikap saling menyalahkan justru kerap terjadi. Biasanya, selain orang tua, pihak yang jadi sasaran untuk disalahkan yaitu pihak sekolah. Sekolah dinilai tidak menanamkan pendidikan moral yang baik kepada siswa.

Walaupun kritik yang menyudutkan sekolah terasa sangat menyakitkan, namun kondisi itu justru menjadi pemicu bagi sekolah untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan. Bukan hanya sisi akademik yang menjadi perhatian utama sekolah, sisi non-akademik seperti kegiatan ekskul bisa menjadi wadah untuk lebih mengoptimalkan fungsi sekolah yang berjalan beriringan bersama-sama dengan orang tua dalam menggembleng pribadi siswa.

Pendidikan Karakter

Yang patut dijadikan pijakan dalam penyelenggaraan kegiatan ekskul yaitu sejauh mana ekskul bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri. Apakah saat mengikuti kegiatan ekskul minat dan bakat yang tumbuh dalam diri siswa bisa berkembang secara baik. Atau, justru sewaktu siswa mengikuti kegiatan ekskul malahan tidak berpengaruh besar untuk perkembangan kepribadian mereka.

Melihat kondisi itu, sekolah harus jeli saat melihat bakat dan minat siswa. Pasti dari ratusan siswa yang menempuh pendidikan di suatu sekolah misalnya, beragam minat dan bakat yang mereka miliki. Ada yang lebih cenderung berminat untuk mengikuti kegiatan ekskul jurnalistik, pramuka, paskibra,  palang merah remaja (PMR) serta ekskul bidang kerohanian dan olah raga. Namun, tak menutup kemungkinan juga ada siswa yang lebih berminat mengikuti kegiatan ekskul kesenian dan ekskul penalaran.

Kejelian sekolah melalui guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam melihat bakat dan minat yang dimiliki siswa akan berpengaruh besar terhadap efektivitas siswa saat mengikuti kegiatan ekskul. Apakah ekskul memberikan pengaruh signifikan terhadap kepribadian mereka? Atau, ekskul malahan hanya menjadi kegiatan basa-basi yang tak begitu terasa manfaatnya bagi siswa.

Mengapa kejelian sekolah dalam menyikapi kondisi di atas begitu diperlukan? Yang pasti, kesadaran bahwa melalui kegiatan ekskul menjadi wahana untuk menanamkan nilai-nilai moral yang baik (pendidikan karakter) kepada siswa bukan sekadar kesadaran semu. Siswa harus mendapat manfaat yang optimal dari keikutsertaaan mereka dalam kegiatan ekskul.

Memang bukan perkara mudah untuk mengoptimalkan kegiatan ekskul agar bermanfaat kepada perkembangan kepribadian siswa. Di samping sejak awal dibutuhkan pemantauan secara mendalam terhadap bakat dan minat yang dimiliki siswa, juga dibutuhkan pembimbing ekskul yang mengetahui secara pasti tanggung jawab yang diemban di pundaknya.

Pembimbing ekskul merupakan garda terdepan saat mendidik siswa peserta ekskul. Melalui pembimbing ekskul, ilmu yang berkaitan dengan masing-masing ekskul ditransfer kepada siswa. Perlu pendekatan yang tepat agar setiap siswa peserta ekskul menjadi enjoy saat mengikuti ekskul. Tak elok jika kemudian muncul keluhan dari siswa yang menilai ekskul malahan menjadi beban baru bagi mereka. Mengikuti ekskul menjadi sebuah keterpaksaan karena diwajibkan saat mengikuti pendidikan di sekolah.

Aspek lain yang harus diperhatikan dalam mengembangkan ekskul yaitu diterapkannya metode pelatihan yang tepat. Jika di dalam KBM ada metode pembelajaran, maka sepertinya tidak salah jika dalam kegiatan ekskul juga ada metode pelatihan. Itu menjadi acuan bagi pembimbing ekskul agar kegiatan ekskul yang dikelolanya menjadi wadah efektif untuk menggembleng minat dan bakat siswa.

Menyikapi kondisi begitu, respons sekolah untuk membuat semacam silabus penyelenggaraan ekskul bisa dilakukan. Mungkin, bisa saja setiap menjelang tahun pelajaran baru, setiap pembimbing ekskul, baik yang berasal dari jajaran guru di sekolah maupun yang berasal dari pembimbing di luar sekolah, dikumpulkan untuk mengikuti “Pelatihan Metode Pengembangan Ekskul”. Sehingga, setiap pembimbing ekskul memiliki visi yang sama ketika mengembangkan ekskul masing-masing.***

Yani Sutarsih, S.Pd., guru SMP Al-Amanah, Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Respon (187)

Komentar ditutup.