Merumuskan Jalan Hidup

FOTO ARTIKEL 43
(Ilustrasi: Events High).

Oleh Suheryana

DOKTER lulusan university terkenal di luar negeri dengan penuh keyakinan diri, bercita-cita ingin menjadi Menteri Kesehatan. Nilai mata kuliah yang melebihi dosen, Riwayat Pendidikan yang gemilang, dan penghargaan untuk menjadi pembicara di saat wisuda adalah faktor-faktor pendukungnya.

Langsung, lurus, jelas. Banyak orang tidak seberani itu. Tidak sejelas itu.

Pengalaman sendiri. Saat SMP, mendengar kehebatan HAMKA yang bisa menjadi penulis dan ulama terkenal, mendengar kehebatan Adam Malik yang tanpa gelar universitas bisa menjadi Menteri Luar Negeri, terbersit keinginan untuk otodidak. Menjadi orang pinter tanpa harus mengikuti aturan baku. Bangku sekolah, guru, dan kuliah di perguruan tinggi, yang penting membaca bertumpuk-tumpuk buku, belajar dari tulisan-tulisan, walaupun saat itu belum ada internet dan turunannya.

Ketika SMA, banyak membaca novel dan menarik hasrat untuk menjadi penulis. Entah penyair, atau sastrawan, atau novelis namanya. Pokoknya seperti Ashadi Siregar, Putu Wijaya, NH Dini, atau Eddy D. Iskandar. Ngos-ngosan belajar menulis cerpen, menulis novel yang tidak pernah dikirim ke media mana pun. Banyak membaca, koran, membaca novel, dan menonton filem untuk menjadi inspirasi.

Tik tok tik tok Brother kesayanganku mengantar seabreg puisi cinta, keputusasaan, dan harapan. Ke media beberapa di antaranya. Tetapi duitnya kecil. Tidak memberi harapan kehidupan.

Selesai kuliah, hendak menjadi wartawan. Karena TEMPO dan KOMPAS grup memberi gaji sepuluh kali lipat gaji PNS yang sarjana. Pemikiran sederhana saja. Ingin meningkatkan kualitas kehidupan ekonomis. Testing sana testing sini. Ujungnya PNS di Timor Timur. Timor Lorosae.

Lima puluh tahun lebih enam. Perjalanan tidak searah keinginan. Cita-cita banyak dibelokan takdir. Alhamdulillah terdampar di tempat baik.

So, pentingkah merumuskan diri mau menjadi apa kelak di masa depan. Sebagai panduan, ya. Tapi sebagai kepastian, tidak.***

Suheryana terlahir di desa. Cita-citanya ingin menjadi penulis, penyair, atau novelis. Tetapi kini menjalani hidup sebagai PNS dan dipercaya menjadi Asisten Administrasi Umum Pemerintah Kabupaten Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *