Oleh Adhyatnika Geusan Ulun
“…BELAJAR di masa pandemi Covid-19 saat ini adalah tantangan nyata untuk mengksplorasi seluruh potensi anak bangsa dalam mewujudkan pendidikan berkualitas sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.”
Filosofi Penghasil Energi Positif
Filosofi Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, tentang “ing ngarsa sung tulada” (di depan memberi teladan), “ing madya mangun karsa” (di tengah menjadi penyemangat), dan “tut wuri handayani” (dari belakang memberi dukungan), hendaknya menjadi spirit positif bagi setiap insan dunia pendidikan Indonesia di masa pandemic Covid-19 saat ini.
Seperti diketahui, ‘Belajar dari Covid-19’ yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI di Hari Pendidikan Nasional tahun ini, memberikan informasi dan mengingatkan kepada setiap anak bangsa tentang pentingnya sikap kepekaan, kepedulian, dan karya nyata untuk dunia pendidikan. Maka tema tersebut menyampaikan juga pesan bahwa segala yang terjadi haruslah berbuah hikmah yang bermanfaat. Tidak malah membuat kerja sia-sia dan membuang energi dengan berprasangka buruk atas segala kebijakan stakeholders, sehingga berujung melemahnya produktivitas kerja.
Berdasarkan filosofi di atas bila dikaitkan dengan kondisi saat ini harusnya bisa menghasilkan ekstraenergi. Saat ide tentang ‘di depan memberi teladan’ diimplentasikan, maka hal tersebut menyiratkan bahwa setiap individu adalah guru. Sehingga dengan predikat tersebut, kita akan termotivasi untuk peningkatan kualitas sikap personal yang harus selalu siap tampil di publik dan bersiap untuk diduplikasi oleh lingkungan sekitar.
Guru adalah Teladan dan Motivator
Sebagai seorang guru, sangatlah penting menjaga sikap, menjaga perilaku, menjaga kehormatan diri dan kemuliaan akhlak. Hal ini dikarenakan keteladanan terkait erat dengan akhlak yang merupakan respon spontan yang dilakukan seseorang dalam menghadapi situasi yang terjadi. Dengan demikian guru harus dapat menjadi sumber penyemangat anak didik yang dihasilkan dari energi positif akhlaknya, karena hal ini akan berbanding lurus dengan capaian prestasi mereka.
Kemudian, seorang pendidik harus memberikan dukungan atas kreativitas, inovasi, dan hal-hal lainnya yang sifatnya menuju perbaikan diri dari seorang anak didiknya. Hal ini erat kaitannya dengan peran guru dalam mendukung aktivitas mereka baik secara spiritual, moral, maupun emosional. Sehingga akan tercipta harmonisasi dan sinergitas keduanya.
Belajar dari Covid-19
Situasi Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, kendati menjadi penyebab berubahnya arah kebijakan pemerintah di semua sektor kehidupan, haruslah disikapi dengan bijak. Kondisi yang tidak nyaman ini janganlah membuat produktivitas setiap anak bangsa menurun. Namun justru harus bertambah, seiring terbukanya kesempatan untuk peningkatan kualitas kompetensi diri di suasana work from home.
Terdapat banyak hal yang dapat dilakukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Berbagai layananan daring menyediakan kemudahan dalam mengaksesnya. Hal ini kembali kepada individu masing-masing. Sehingga tidaklah bijak apabila menjadikan keadaan saat ini sebagai penghambat produktivitas kerja.
Pandemi Covid-19 hendaknya disikapi sebagai momentum peningkatan produktivitas proses belajar mengajar. Kualitas pembelajaran dapat semakin meningkat dengan pemanfaatan berbagai media yang tersedia saat ini, tentu dengan komitmen jelas di antara guru dengan siswa. Kontrak belajar harus dibangun di awal pembelajaran. Hal ini sangat penting mengingat proses yang akan dilaksanakan di luar kebiasaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun komitmen kegiatan belajar mengajar di masa pandemic, yakni pastikan pesertanya dapat memahami situasi yang terjadi. Sehingga visi dan misi kegiatan dapat dimengerti. Selanjutnya berikanlah informasi yang benar, akurat, lengkap, dan memotivasi mereka. Dengan demikian pola pembelajaran yang akan dilakukan menjadi terstruktur dan jelas.
Selanjutnya, lakukan pendataan yang akurat atas kepemilikan sarana pendukung pembelajaran, Hal ini untuk mengakomodasi pembelajaran yang dilakukan, apakah daring atau luring. Hindari perlakuan diskriminatif di antara keduanya. Sebaiknya dibuat desain redaksi yang membuat siswa merasa bangga dengan modanya masing-masing.
Berikutnya adalah memberikan variasi pembelajaran. Sehingga proses kegiatan menjadi menarik, interaktif, dan imperatif. Prosentasi domain pembelajaran juga harus diperhatikan. Jangan sampai ranah kognitif lebih dominan dibandingkan afektif dan psikomotor.
Dalam masa pandemic seperti sekarang ini, yang mengharuskan siswa belajar di rumah, sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk penguatan pendidikan karakter. Oleh karena itu, aktivitas pembelajarannya dapat berupa peningkatan kualitas personal mereka, seperti membantu orang tua, menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, beribadah di rumah, dan selalu menerapkan social serta physical distancing.
Kualitas adalah Karya Nyata
Tentu akan ditemui banyak hambatan dalam merealisasikan kegiatan di atas. Tetapi dengan kesungguhan dan sikap pantang menyerah tentu akan dapat diatasi. Sesuai dengan keyakinan bahwa segala apa yang kita lakukan saat ini boleh jadi belum tampak hasilnya, namun kelak akan dirasakan manfaatnya. Tugas terpenting adalah berbuat dan berkarya. Sehingga waktu tidak berlalu sia-sia, dan hidup lebih bermakna.
Akhirnya, belajar di masa pandemi Covid-19 saat ini adalah tantangan nyata untuk mengksplorasi seluruh potensi anak bangsa dalam mewujudkan pendidikan berkualitas sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.***
Penulis adalah Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999, Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Bandung Barat, dan Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013.