Neo Linguistic Programing untuk Program BIPA

Oleh Rina Armaini

rina armaini
Rina Armaini, guru SMKN 8 Bandung, (Foto: Dok. Pribadi).

BAHASA INDONESIA merupakan salah satu aset bangsa Indonesia yang senantiasa harus dijaga eksistensinya. Berbagai upaya dilakukan  untuk memajukan eksistensi bahasa Indonesia.  Salah satu bentuk dari eksistensi adalah menemukan cara bagaimana agar bahasa Indonesia senantiasa digunakan baik di dalam negeri maupun luar negeri serta pengguna bahasa Indonesia itu sendiri bukan hanya orang Indonesia tapi juga digunakan oleh orang asing. Untuk mengimplementasikan bentuk upaya ini, pemerintah Indonesia menyelenggarakan program BIPA baik di dalam maupun di luar negeri.

Pemerintah setiap tahun begitu gencar mempromosikan bahasa Indonesia di kancah internasional. Satu di antaranya dengan cara  memberikan beasiswa bagi warga negara asing agar mereka bisa belajar tentang bahasa dan budaya Indonesia. Hal tersebut terbukti setidaknya sudah ada 219 lembaga di 74 negara, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang menyelenggarakan BIPA (Wahya dalam Widodo 2010).

BIPA merupakan pembelajaran bahasa Indonesia bagi warga negara asing. Penutur yang dimaksud adalah orang yang bahasa pertamanya bukan bahasa Indonesia. Pembelajar BIPA menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, ketiga, dan seterusnya.  Dalam pelaksanaan BIPA ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, berdasarkan beberapa penelitian yang diambil dari beberapa jurnal disebutkan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran BIPA yakni:

1. Kesulitan mendeskripsikan melafalkan beberapa alfabet dalam Bahasa Indonesia;
2. Kurangnya waktu baik dalam belajar maupun latihan Bahasa Indonesia;
3. Pemelajar kurang percaya diri untuk berbicara Bahasa Indonesia;
4. Materi ajar yang kurang;
5. Latar belakang budaya dan bahasa para pemelajar yang berbeda-beda;
6. Kurangnya sumber bahan ajar tambahan yang bisa diakses secara online oleh pemelajar yang sesuai dengan tingkatan mereka untuk latihan.

Beberapa penelitian yang mengungkapkan berbagai kesulitan tersebut memberikan beberapa saran untuk mengurai permasalahan atau kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan program BIPA ini. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ryan Nuansa Dirga dengan judul Problematika Pemelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Di Timor Leste. Ryan menyarankan mengenai perlunya kerjasama dari berbagai pihak seperti pemerintah Indonesia, Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), dan pengajar BIPA dengan cara mengadakan lomba-lomba bahasa Indonesia, memberikan beasiswa untuk pemelajar BIPA. PPSDK dapat mengirim pengajar yang memang memiliki kemampuan mengajar yang baik dan memiliki keterampilan di bidang seni, dan pengajar BIPA disarankan untuk dapat mempersiapkan metode dan media pemelajaran sederhana yang dapat diterapkan dalam proses pemelajaran.

Neo Linguistik Programing

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengajar BIPA adalah dengan memberikan kemampuan tambahan yang mumpuni di samping kemampuan dalan pedagogik dan kebahasaan. Akhir-akhir ini ramai dibicarakan mengenai NLP.  NLP adalah singkatan dari kata Neuro Linguistic Programming. Neuro  yaitu Saraf, sistem saraf otak dan saraf seluruh tubuh kita. Linguistic adalah  Bahasa, baik verbal maupun non verbal dan Programming artinya memprogram. Bila diterjemahkan NLP adalah ilmu yang mempelajari struktur perilaku manusia, mempelajari bagaimana bahasa mampu mempengaruhi paradigma, cara berpikir dan perilaku kita sehari-hari.

Sebagai contoh kata SUSAH. Secara umum, kata ini memberi pengertian sebagai sesuatu yang tidak mudah untuk diselesaikan. Ketika kita berpikir bahwa hal tersebut tidak mudah untuk diselesaikan maka tubuh akan memberikan penolakan untuk menyelesaikan apapun yang dimaksud dengan “susah” ini.

Kita lihat kalimat berikut:

“Tugas ini memang susah untuk dilaksanakan.”

Gantikan kata “susah” dengan kata “tantangan”.

Menjadi:

“Tugas ini memang menjadi tantangan untuk dilaksanakan.”

Neuro-Semantics (NS) merupakan derivatif baru dari NLP yang mempelajari lebih mendalam tentang pola berpikir manusia – mempelajari tentang bagaimana cara berbahasa dan proses berpikir seseorang mampu mempengaruhi keputusan yang diberikan atas suatu kejadian. NS membawa NLP pada tingkat yang lebih tinggi, di mana tidak setiap kata memberi pengaruh yang sama bagi setiap orang. Di sini, yang memberikan pengaruh adalah arti atau makna yang kita berikan atas kata tersebut.

Contoh  kata SUSAH,  bagi si A, kata “susah” ini berarti sesuatu yang tidak mudah untuk diselesaikan. Akibatnya ketika mendengar kata tersebut, secara otomatis akan terjadi penolakan atau keengganan untuk menyelesaikannya. Lain lagi bagi si B. Kata “susah” justru memberi arti yang sangat menantang untuk diselesaikan, karena B tidak mau kalah terhadap apapun yang berkonotasi susah. Akibatnya, kata ini justru membangkitkan semangat untuk “menaklukkan” apapun yang “susah” dilaksanakan.

Dengan mengetahui struktur perilaku dan proses berpikir ini, tentunya akan mudah pula bagi kita untuk “memodifikasi” cara berpikir dan berperilaku menuju hasil yang lebih optimal. Pada Neuro-Semantics kita mengenal bahwa sebenarnya banyak terjadi lapisan pada proses berpikir manusia (layers of mind), di mana setiap lapisan memberi makna yang berbeda dan saling berinteraksi sehingga menghasilkan respons tertentu.

NLP/NS pada Aplikasi Personal

Dalam proses tumbuh kembang seorang personal, banyak hal yang terjadi dan mempengaruhi proses kognisinya, baik positif maupun negatif. Hal-hal negatif yang tertanam akan menghambat kita menuju kemajuan. Sering ini terjadi tanpa disadari, kadang ada yang menyadari namun tidak berdaya menanganinya.

Contoh :

– Kurang percaya diri

– Tidak bermotivasi

– Tidak berani tampil/bicara di depan umum

– Peragu

Setiap individu dibekali oleh potensi dan kemampuan yang tinggi. Keadaan-keadaan yang kurang produktif bisa terjadi karena kita belum mengenali diri sendiri dan melakukan koreksi atas kekurangan tadi. Akibatnya potensi belum bisa tereksplorasi sepenuhnya. Dengan mengaplikasikan NLP/NS, seorang personal akan lebih mengenal dirinya sendiri, mengenali dan memahami hambatan yang menghalangi keberhasilannya. Pemahaman ini sekaligus membekali diri dengan kemampuan untuk menangani hambatan-hambatan tersebut dan mengembangkan potensi sebesar-besarnya.

Dalam program NLP, sebetulnya cukup banyak yang dibahas namun dalam makalah ini, penulis hanya akan membahas mengenai indra primer yang dimiliki oleh seorang individu.

Setiap orang memiliki caranya masing-masing memaknai apa yang mereka terima melalui panca indra. Input yang masuk (stimulus) akan diproses terlebih dahulu melalui berbagai filter yang ada sebelum dimaknai dan diterjemahkan dalam perilaku, sikap, maupun perkataan (respons).

foto artikel rina armaini 1

Setiap informasi yang masuk akan memicu atau mengaktifkan memori untuk menghasilkan suatu perilaku. Kemampuan setiap orang dalam menerima sebuah informasi tidaklah sama. Ada orang yang mampu dengan cepat memahami informasi jika dia langsung melihat informasi tersebut, ada orang yang dapat memahami informasi dengan cara mendengar dan lain sebagainya.

Kemampuan memahami informasi yang berbeda ini kadang menyulitkan seorang pembelajar dalam memahami apa yang harus mereka pelajari. Dalam pelaksanaan pembelajaran BIPA ini, program NLP dapat digunakan dalam mengidentifikasi daya kemampuan  seseorang memahami informasi dengan tepat.

Program ini sangat baik diikuti oleh seorang pengajar BIPA. Seorang pengajar BIPA yang memiliki kemampuan NLP akan dengan cepat menemukan sistem yang tepat untuk memelajarkan bahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap pembelajar.

Walaupun manusia memiliki panca indra, umumnya hanya tiga indra yang digunakan sebagai  representasi utama, yaitu Visual, Auditory, dan  Kinesthetic.  Dari ketiga indra tersebut, mereka bahkan masih mungkin untuk lebih memfavoritkan salah satu indranya. Ada  yang secara alamiah lebih suka berpikir menggunakan gambar (visual). Ada yang lebih suka suara atau perasaan.   Panca indra yang paling sering digunakan atau disukai seseorang disebut sebagai   indra primer.

Secara tidak sadar  indra primer tersebut yang membuat sebuah kata memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Seperti kata SUSAH, akan diinterpretasikan berbeda bagi orang visual, kinetik, audiotory. Dalam NLP, kita memberikan perhatian lebih pada konteks dan struktur dari bagaimana mengubah interpretasi tersebut sehingga informasi yang didapat kemudian lebih bernilai positif dengan memandang sebuah informasi tersebut dengan mengubah struktur sehingga memiliki makna yang lebih baik.

Mengubah-ubah interpretasi ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mengubah makna, meredakan ketakutan, fobia, meningkatkan motivasi, hingga menghilangkan kepercayaan (belief) yang keliru atau membatasi.  Setiap manusia memiliki Sensory Acuity mengacu kepada kepekaan indrawi manusia. Manusia umumnya memiliki kecenderungan menggunakan hanya sebagian indranya ketika merekam dan merespons dunianya.  Sensory Acuity dalam NLP menekankan bagaimana dunia seseorang akan berubah ketika ia dapat menggunakan seluruh indranya.

Dalam komunikasi mengajarkan bahasa Indonesia, seorang pengajar BIPA dapat  melakukan kalibrasi secara akurat  dengan memperhatikan kongruensi antara non-verbal dengan verbal yang disampaikan oleh pembelajar.

Setiap pembelajar BIPA dibekali oleh potensi dan kemampuan yang tinggi. Namun setiap individu mungkin menghadapi keadaan-keadaan yang kurang produktif. Keadaan ini bisa terjadi karena kita belum mengenali diri sendiri dan melakukan koreksi atas kekurangan tadi. Akibatnya potensi belum bisa tereksplorasi sepenuhnya. Dengan mengaplikasikan NLP/NS, seorang personal akan lebih mengenal dirinya sendiri, mengenali dan memahami hambatan yang menghalangi keberhasilannya. Pemahaman ini sekaligus membekali diri dengan kemampuan untuk menangani hambatan-hambatan tersebut dan mengembangkan potensi sebesar-besarnya.

Salah satu hambatan yang terjadi adalah cara seseorang menerima informasi yang berbeda berdasarkan indra primernya. Dengan program NLP, pengajar dapat meminimalisir perbedaan pemaknaan informasi dengan cara mengubah cara pandang seseorang dalam menginterpretasikan makna. ***

DAFTAR PUSTAKA

Dirga, Ryan Nuansa. 2019. PROBLEMATIKA PEMELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) DI TIMOR LESTE. Problems in Teaching Indonesian as Foreign Language (BIPA) in East Timor Exzellenz Institut, Surabaya

Mariani, NG.  2016. NLP Neo Linguisttik Programing. (link artikel). Diakses pada 04 Februari 2021 jam 23.41 WIB.

Ningrum, Rifqia Kartika, dkk. 2017. BIPA (BAHASA INDONESIA PENUTUR ASING) SEBAGAI UPAYA INTERNASIONALISASI UNIVERSITAS DI INDONESIA The 1st Education and Language International Conference ProceedingsCenter for International Language Development of Unissula.

____. 2021. Student Manual: Neo NLP Society. NLP Org.

________________________________________

Rina Armaini, guru SMKN 8 Bandung.