ZONALITERASI.ID – Peneliti Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deliana Dahnum, tengah mengembangkan katalis berbasis Metal-Organic Frameworks (MOFs). Katalis ini berfungsi untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel.
“Bio-jet fuel adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku,” kata Dahnum, dilansir dari Antara, Rabu, 27 November 2024.
Kata Dahnum, Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi bahan bakar ini karena kelapa melimpah di wilayah tropis.
“Indonesia memiliki potensi besar karena banyak sumber daya alam berupa minyak kelapa yang tumbuh subur di wilayah tropis,” ujarnya.
Dahnum menjelaskan, proses konversi minyak kelapa menjadi bio-jet fuel membutuhkan katalis yang efisien. Untuk itu, Dahnum dan tim mengembangkan katalis berbasis Metal-Organic Frameworks atau MOFs, material inovatif yang dirancang untuk mempercepat proses produksi.
“Teknologi ini telah melewati uji coba laboratorium dan menunjukkan hasil menjanjikan dalam skala kecil. Tidak hanya memanfaatkan kelapa yang bernilai ekonomi rendah, teknologi ini juga mendukung upaya keberlanjutan energi,” ucapnya.
“Saya optimis inovasi ini dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus memaksimalkan potensi sumber daya lokal,” sambung Dahnum.
Dahnum berharap riset ini dapat segera diterapkan dalam skala yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia secara berkelanjutan.
Meraih Penghargaan Internasional
Berkat penelitian ini, Dahnum meraih penghargaan bergengsi “L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2024”. Ia menjadi penerima penghargaan tersebut bersama empat perempuan lainnya.
Tiga periset lain yakni Della Rahmawati, Ph.D. (Dosen dari Universitas Swiss German), Rachma Wikandari, Ph.D. (Dosen Universitas Gadjah Mada/UGM), dan Prasanti Widyasih Sarli, Ph.D. (Dosen dari Institut Teknologi Bandung/ITB).
Riset-riset mereka merupakan inovasi yang memanfaatkan sumber daya lokal. Mereka menciptakan solusi inovatif yang berfokus pada ketahanan pangan, energi berkelanjutan, dan ketangguhan bencana.
“Pengembangan ini telah mencapai tahap uji coba laboratorium dan menunjukkan potensi untuk dikembangkan pada skala lebih besar, termasuk pada kelapa yang tidak layak konsumsi, guna memaksimalkan keberlanjutan energi,” pungkas Dahnum. (des)***