ZONALITERASI.ID – Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, mengatakan, kurikulum prototipe dirancang untuk memberi ruang lebih banyak bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Materinya akan difokuskan pada yang paling esensial.
“Ini akan memberi lebih banyak waktu bagi guru untuk menerapkan pembelajaran yang mendalam, seperti diskusi, kerja kelompok, dan pembelajaran yang berbasis problem atau proyek yang lintas mata pelajaran. Pembelajaran yang inovatif dan mendalam seperti inilah yang diperlukan untuk mengembangkan daya nalar dan karakter siswa,” kata Anindito, Senin (27/12/2021).
Diketahui, kurikulum prototipe, di samping kurikulum darurat, akan menjadi opsi yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan yang berminat menerapkannya pada tahun 2022.
Dalam kurikulum tersebut, terdapat fleksibilitas bagi siswa untuk menekuni minatnya. Salah satu praktiknya, siswa bisa tak lagi harus terpilah dalam jurusan tertentu, seperti IPA/IPS/Bahasa.
Lebih Fleksibel
Anindito menjelaskan, menyusul diberlakukannya kurikulum prototipe, untuk jenjang SMA, siswa mendapat kesempatan menekuni minatnya secara lebih fleksibel.
“Alih-alih dikotakkan ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa, siswa kelas XII dan kelas XII akan boleh meramu sendiri kombinasi mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya,” katanya.
“Misalnya, siswa yang ingin menjadi insinyur akan boleh mengambil matematika lanjutan dan fisika lanjutan, tanpa mengambil biologi. Ia boleh mengkombinasikan itu dengan mata pelajaran IPS, bahasa, dan kecakapan hidup yang sejalan dengan minat dan rencana kariernya,” katanya.”
Respons Pandemi Covid-19.
Anindito mengungkapkan, kebijakan kurikulum prototipe yang mulai diberlakukan pada tahun 2022 merupakan kelanjutan dari kebijakan pembelajaran yang diluncurkan pada Agustus 2020. Kebijakan itu sebagai respons terhadap pandemi Covid-19.
Saat ini, Kemendikbudristek meluncurkan kurikulum darurat yang merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013, beserta modul-modul literasi dan numerasi yang praktis untuk siswa, guru, dan orang tua.
“Berdasarkan studi yang telah dilakukan Kemendikbudristek bersama INOVASI, kebijakan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak negatif pandemi secara signifikan,” terangnya.
Uji Coba
Ia menambahkan, lantaran sifatnya opsional, kurikulum prototipe tidak disebut sebagai Kurikulum 2022. Kurikulum prototipe hanya akan diterapkan di satuan pendidikan yang berminat untuk menggunakannya sebagai alat untuk melakukan transformasi pembelajaran.
“Kurikulum prototipe ini sedang diujicobakan di sekitar 2500 sekolah penggerak dan 900 SMK PK dari seluruh Indonesia,” pungkasnya. (haf)***