ZONALITERASI.ID – Pengetesan pendengaran kepada bayi kerap dilakukan. Bahkan, bayi yang baru berumur satu hari pun bisa mendapatkan tes pendengaran.
Mengapa tes pendengaran begitu penting?
Dilansir dari newborncare, berdasarkan penelitian berbasis bukti yang dilakukan oleh Anderson Karen L (2011), gangguan pendengaran kongenital permanen yang signifikan adalah salah satu gangguan paling umum yang muncul saat lahir di seluruh dunia, mempengaruhi 2-3 per 1000 kelahiran.
Sementara Audiolog, Dr. Jocelyn Martin, mengatakan, identifikasi dini gangguan pendengaran mengarah pada hasil yang lebih baik untuk anak-anak.
Ia menyebutkan, sekitar 4 dari setiap 1000 bayi yang lahir di AS memiliki beberapa derajat gangguan pendengaran. Namun kini dengan dua tes skrining non-invasif dan tanpa rasa sakit dapat membantu mengidentifikasi gangguan pendengaran.
“Mereka (skrining gangguan pendengaran) disebut Otoacoustic emissions (OAE), serta automated auditory brainstem response (AABR),” katanya.
Dr. Martin menyebutkan, tes yang pertama, yaitu dengan Otoacoustic emissions, bayi mendengarkan bunyi klik dan jika telinga bagian dalam berfungsi, ia mengirimkan suara yang dapat diukur oleh teknologi tersebut.
Kemudian tes kedua, yaitu menggunakan AABR, bayi akan ditempeli stiker kecil yang membantu mengukur bentuk gelombang suara.
“(dengan kedua tes ini) bayi tidak perlu tersentak atau terkejut, maupun mengangkat tangan dan berkata, ‘saya mendengarnya’,” jelasnya.
“Jika dalam kedua tes tersebut ditemukan gangguan pendengaran, selanjutnya orang tua bisa menentukan intervensi, misalnya memberikan alat bantu dengar, implan koklea, atau mempersiapkan bahasa isyarat,” tambah Dr. Martin. ***
Sumber: Liputan6.com